O1

69.8K 13.9K 6.8K
                                    

Kalau kata orang-orang, pas hujan tuh enak banget kalau makan mie, apalagi mie kuah. Beuh, Junghwan jadi pingin. Tapi stok mie di rumah sudah habis, masa hujan-hujan keluar rumah sih.

Oh, main ke rumah Hyunsuk aja deh, sekalian minta makan hehe. Kebetulan Hyunsuk itu tetangga depan rumahnya, tinggal buka pintu, jalan lurus, sampai deh.

"Tapi gak ada payung..." gumamnya baru ingat kalau payung miliknya dibawa bundanya ke rumah nenek. Kasihan, kayaknya tidak jadi makan.

"Tau ah, mending tidur," sungutnya sebal, melompat ke atas kasur dan berbaring, menarik selimut sampai sebatas dada, memeluk gulingnya dengan erat menghadap ke tembok.

Kalau menghadap ke tembok rasanya lebih tenang gitu, tapi terkadang suka berpikir yang tidak-tidak. Kalau misalkan ada yang berdiri dari belakang badan... terus mendekat untuk melihat wajahnya... kan seram.

Tok tok tok

"Ya ampun, gue hampir mimpi loh," gumamnya kesal, menyibak selimutnya sampai jatuh dari kasur. Dengan segera ia berlari ke pintu untuk melihat siapa yang datang.

Ternyata Hyunsuk, dengan kaos hitam polos dan celana tidurnya. Junghwan mengernyit, dimana-mana ini orang penampilannya kece betul.

"Malam, Junghwan. Sorry kalau ganggu," sapa Hyunsuk menurunkan kacamata hitamnya, menaik-turunkan alisnya.

"Dih, gak jelas lo. Ngapain kesini malem-malem?"

Hyunsuk menaikkan kembali kacamata hitamnya, masuk dengan santai ke dalam supaya tidak kena hujan. "Bosen, temenin gue nugas yuk."

"Gak, mau tidur," tolak Junghwan seraya menutup pintu.

Menolak doang, diusir tidak. Junghwan tidak mungkin mengusir Hyunsuk, nanti dia dimarahin bunda karena dianggap tidak sopan pada yang lebih tua.

"Ya udah deh, gue numpang wifi ya."

"Gak modal lo," sembur Junghwan melempar Hyunsuk dengan bantal sofa.

"Wifi gue mati, kayaknya kesamber petir," celetuk Hyunsuk, serius. Tadi ketika lagi enak-enaknya streaming, tiba-tiba ada petir dan koneksi langsung terputus. Tak hanya itu, lampu rumahnya juga mati.

Oh kasihan, oh kasihan, aduh kasihan.

"Makanya, kalau lagi hujan petir tuh jangan main hp, teguran tuh buat lo."

Hyunsuk nyengir aja, memilih rebahan di sofa sambil menscroll deretan chat yang masuk. Hyunsuk itu anak famous, jadi jangan heran kalau semua orang tahu dia dan banyak chatnya.

"Mau minum teh gak? Biar anget badannya," tawar Junghwan.

"Baik banget tetangga gue, mau dong," jawab Hyunsuk memuji, membuat Junghwan mendengus dan pergi ke dapur untuk membuat dua teh hangat.

Keheningan melandanya, Hyunsuk asik bermain ponsel sampai tidak sadar kalau ada yang mengetuk pintu rumah. Tidak jadi nugas dia tuh, baru ingat dia tidak bawa buku. Dasar.

"Kak, itu ada yang ketuk pintu! Tolong bukain dong!"

"Ck, mana ada!"

"Ada tau! Telinga lo belum dibersihin berapa bulan hah?!"

"Iya-iya, otw!"

Hyunsuk meletakkan ponselnya di meja, berjalan dengan gontai ke pintu. Dalam benaknya ia bertanya, siapa sih yang bertamu malam-malam?

Sepertinya harus dikasih kaca.

"Iya, siap-"

Tunggu, kok tidak ada orang?

Dia celingak-celinguk ke kanan dan ke kiri, mencari siapa yang mengetuk pintu tadi. Tapi tidak ada orang, sepi. Dia mengedikkan pundaknya, kan sudah ia bilang tidak ada orang. Junghwan nya aja yang tidak percaya.

"Gak ada orang, salah denger kali!" Serunya memberi tahu setelah menutup pintu.

Tok tok tok

"Kata siapa salah denger, itu ada lagi," kata Junghwan kesal, datang membawa dua cangkir teh hangat dan ia letakkan ke meja.

Hyunsuk merinding, masa iya... hantu? Ah, tidak tidak. Dia pasti salah dengar.

Tok tok tok

Hyunsuk diam.

ᴛᴏᴋ ᴛᴏᴋ ᴛᴏᴋ

"Bukain napa, gak enak tamu nunggu di luar," suruh Junghwan kesal.

Bukannya apa, Hyunsuk itu takut, serius. Tadi pas dia keluar tidak ada orang, kenapa sekarang ada yang mengetuk pintu?

Duh, mana mereka berdua sama-sama penakut. Suara ketukannya semakin pelan pula, menambah kesan horor yang ada.

"Kak Hyunsuk, sini dulu deh," suruh Junghwan.

"Apaan? Lo takut ya?" Goda Hyunsuk, padahal dia juga takut.

Ekspresi Junghwan sulit ditebak, tangannya memberi kode agar Hyunsuk mendekat.

"Kenapa sih? Muka lo kenapa begitu?"

Junghwan merangkul Hyunsuk, membawanya masuk ke dalam kamar. "Kak, lo gak liat?"

"Liat apa?"

"Itu... di bawah pintu, lewat celahnya."

"Liat apa sih? Kaki? Ya gak keliatan lah, masa harus ngintip dulu."

"Bukan... disana gak ada bayangan."

"Bayangan apa? Pintu? Ya emang gak ada bayangannya kan?"

Junghwan kesal. "Bukan woi, kalau yang ngetuk pintu barusan itu orang, pasti ada bayangannya dong. Tadi gak ada sama sekali!"

"Hah?! Serius lo?!"

Junghwan mengangguk kaku.

"Wah, bagus deh kalau sudah tahu. Sekarang saatnya masuk ke dalam kamar~."

"HUAAAA! BADUT MAMPANG!"

Clown | Treasure ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang