27

31.3K 9.6K 4.3K
                                    

"PELAN-PELAN BISA GAK?! KASIAN JUNKYUNYA WOI!"

"HUEEEE SAKIT!"

"TUH KAN, LO SIH, DOY!"

"KOK GUE?! GENDONG AJA KAK JUNKYUNYA!"

"BADAN BONGSOR GITU DIGENDONG, YANG ADA TEPAR DULUAN GUE."

"YA UDAH SERET AJA!"

Mashiho menutup telinganya kuat-kuat, suara Jihoon dan Doyoung keras sekali. Hutan yang awalnya hening jadi ribut gara-gara mereka, ingin menenggelamkan diri saja rasanya.

"Muka gue, huhuhuhu," tangis Junkyu mengusap mukanya yang cokelat kena lumpur akibat nyusruk karena tersandung akar pohon.

Junkyu tidak bisa melihat, sejak tadi dia ditarik terus sama Jihoon, terkadang sama Mashiho. Berkali-kali pula dia tersandung, tapi yang parah ya itu, mukanya jatuh ke lumpur sampai masuk ke mulutnya.

"Bisa diem gak? Kita bisa ketauan sama badutnya kalau kalian berisik," omel Mashiho menunjuk-nunjuk dua orang di depannya.

"Gak bakal, disini kan gelap."

"Iya gelap, tapi dia kan hantu! Dia bisa liat kita lah!"

Doyoung menepuk jidat. Benar juga ya, dia sampai lupa.

"Ehh, batre hp gue mau habis nih, gimana dong?!" Jihoon mulai panik.

"Nyalain mode hematnya, bahaya kalau gak ada cahaya disini!" Seru Doyoung ikutan panik. "Duh, mana gak ada sinyal."

"Kalian berisik banget ih! Tau gitu tinggalin aja gue di tempat tadi!" Seru Junkyu mulai kesal karena telinganya pengang.

"DIEM DULU!" Sembur Jihoon marah.

Junkyu langsung ciut.

"Aduh, pusing kepala gue," gumam Jihoon memijat keningnya.

"Oh ya, gue mau tanya satu hal ke lo," kata Mashiho tiba-tiba, melangkah maju dan menjaga jarak beberapa centi dari Jihoon.

"Apaan?"

"Kenapa lo pingin Kak Junkyu percaya sama lo?"

"Karena dia temen gue, gue pingin lindungin dia dari bahaya apapun."

"Ah masa?" Celetuk Doyoung bersandar di pohon beringin.

"Lo sendiri? Kenapa Junkyu harus percaya sama lo?" Tanya Jihoon membalas.

"Karena ada yang harus gue lakuin, penting."

"Apaan? Lo mau bunuh Junkyu?"

"Bisa jadi? Hehe, tapi boong."

"Hayuk berantem."

"Ck, terusin aja terus," sungut Junkyu kesal, rasanya ingin mencabut pohon lalu dia banting.

"Kalau lo, Mashiho?"

"Sebelum itu, gue minta jangan potong omongan gue."

"Iya iya, cepet kasih tau."

Mashiho mengambil nafas dalam-dalam, kemudian membuangnya pelan-pelan. "Gue mohon-mohon ke badut itu supaya gue gak dibunuh."

"Bentar," sela Jihoon memicingkan matanya. "Jangan bilang-"

"Iya, gue berencana jadiin Kak Junkyu korban terakhir, karena dia yang paling dilindungi. Kalau kalian lindungin dia, otomatis kalian lengah dan badut itu bisa bunuh kalian. Maaf, gue terlalu egois..."

"Hahaha." Doyoung tertawa hambar. "Tapi percuma kan? Badut itu bakal bunuh lo juga."

Mashiho mengangguk lesu. "Iya... maaf Kak Junkyu, gue bener-bener gunain lo saat itu. Maaf..."

"Yang kayak gini minta dipercaya? Lo bikin gue sakit hati, Cio!" Ucap Junkyu kecewa.

"Pinter banget aktingnya, muka dua," sindir Doyoung sinis, matanya tak hanya melihat Mashiho, tapi juga ke... Jihoon?

"Heh, ngapain ngeliatin gue kayak gitu?"

"Gak apa-apa, gak sadar juga ternyata."

"Cih."

Wush~

Angin berhembus, hawa aneh berdatangan. Bulu kuduk berdiri, seperti ada yang datang. Jihoon mengarahkan ponselnya ke sekeliling, cahaya senternya menyorot pepohonan dan bebatuan.

Mashiho menarik Junkyu dan Doyoung untuk merapat, mereka berempat memasang posisi siaga. Alarm bahaya menyala.

"Disini rupanya."

Ponsel Jihoon berhenti di satu titik, menyorot tubuh besar seseorang di arah kanan.

Itu badutnya.

"Larinya jauh juga, hampir keluar dari hutan ke pemukiman warga. Tapi tentu saja saya tidak akan membiarkan kalian lolos, kalian harus mati."

"Lari, sekarang," bisik Jihoon memberi perintah.

Tanpa aba-aba, mereka berempat berlari ke arah yang berlawanan dari si badut. Mashiho dan Junkyu di posisi depan, Jihoon di tengah, dan Doyoung di belakang.

"KALIAN TIDAK BISA LOLOS DARI SAYA HAHAHAHA!"





Bruk!





Junkyu ikut jatuh tersungkur saat Mashiho jatuh karena kesandung batu. Mashiho meringis, kakinya sakit, sepertinya terkilir.

"Ayo bangun! Cepet!" Perintah Jihoon dengan perasaan tak karuan seraya menarik Junkyu dan Mashiho untuk berdiri.

"Kalian pergi aja! Tinggalin gue disini!" Suruh Mashiho panik karena badut semakin dekat.

"Gak mau!" Tolak Junkyu mencari-cari dimana letak Mashiho.

Ketika tangannya hampir meraih tangan Mashiho, Jihoon lebih dulu menariknya, membawanya berlari meninggalkan Mashiho dan Doyoung di belakang.

"Mashiho!!!! Jangan tarik-tarik! Mashiho!" Pekik Junkyu memanggil nama sang teman dengan mata berkaca-kaca.

"Kyu, disaat begini lo harus pentingin diri lo sendiri!" Bentak Jihoon terus menarik Junkyu.

Sementara itu, di belakang sana Doyoung terus menarik Mashiho untuk ikut bersamanya. Tapi Mashiho tak bisa berdiri, kakinya terlalu sakit.

"Tinggalin gue, Doy! Cepetan!"

"Lo pikir gue egois? Lo pasti bisa, ayo bangun!"

Mashiho menggelengkan kepala, badut itu semakin dekat. "Cepet pergi, Doy. Gue minta maaf, gue belum bisa jadi temen yang baik."

"Ngomong apa sih! Ayo bangun!"

"Hehehe, teman yang baik," kekeh si badut sebelum tertawa terbahak-bahak disela larinya.

"Kim Doyoung! Pergi atau gue bakal benci lo sampai kapanpun!"

"Kak Mashiho..."

Doyoung melepas tarikannya dari tangan Mashiho. Dia mundur pelan-pelan, menatap Mashiho dengan penuh rasa bersalah.

"Maaf..."

Mashiho mengangguk, dan Doyoung pun berlari pergi meninggalkannya.

"Wah, pemandangan yang mengharukan."

Jantung Mashiho berdegup kencang, dia berbalik ke belakang. Tapi gelap, dia tidak bisa melihat apapun, tak ada cahaya sedikitpun. Dia menghela nafas, jadi ini saatnya ya...

"Saya tidak mau membuang waktu, kamu saya bunuh sekarang, ya. HAHAHAHA!"

Badut itu tertawa, mengangkat batu besar yang tajam tinggi-tinggi. Kemudian membantingnya ke bawah, menyebabkan kepala Mashiho pecah seketika.

Clown | Treasure ✓Where stories live. Discover now