21

32.8K 9.7K 5.7K
                                    

"A-apa?!"

"Kamu gak usah datang ke pemakaman Jaehyuk besok! Kamu dan teman-temanmu yang lain cuma pembawa sial bagi anak saya!"

BLAM!

Pintu ditutup kasar, menciptakan bunyi bantingan keras dan membuat jantung berdetak lebih cepat. Badan yang berjarak beberapa centi saja dari pintu perlahan mundur, pergi dari sana dengan gontai dan lesu.

Yoshinori menatap sendu Haruto, sudah ia duga akan seperti ini. Pembunuhan tak terjadi sekali, wajar kalau ibunya Jaehyuk marah walaupun pembunuhan itu bukan karena mereka.

"Pemakaman Junghwan sama Jeongwoo juga gak boleh dateng... kita cuma ke pemakaman Kak Yedam doang, teman macam apa kita?"

"Gue ngerti, rasanya sakit, kan?"

Tanpa ditanya Yoshi tahu jawabannya. Sakit. Hal yang paling menyakitkan bagi Haruto di hubungan pertemanan adalah... tidak bisa datang ke acara peristirahatan terakhir teman baiknya. Ah tidak, sahabatnya.

Inilah yang paling Haruto benci, ditinggalkan oleh orang yang berharga dalam hidupnya. Takdir memang menyakitkan, hanya ikhlas yang bisa dilakukan untuk menerima semuanya.

"Kak Hyunsuk belum ada kabar?" Tanya Haruto memilih mengganti topik.

Yoshi menggeleng. Sudah satu hari lebih Hyunsuk tak menampakkan batang hidungnya ataupun aktif di akun sosial medianya. Mengherankan dan mengkhawatirkan, apa sebaiknya datang ke rumahnya saja, ya?

"Haruto, lo pulang dulu gih, udah malem."

"Gue takut badut itu dateng ke rumah..."

"Gak bakal, percaya sama gue."

"Ya udah deh, gue pulang dulu ya. Hati-hati di jalan, perhatiin aspal, nanti kesandung," pamit Haruto setengah bercanda, sebelum melaju pergi dengan motornya.

Mendengar itu, Yoshi mendengus geli, membatin dalam pikirannya. "Siapa bilang gue jalan? Haruto... Haruto."

































Jangan tanya apa reaksi Yoonbin, tentu saja dia terkejut setengah mati melihat dua mayat temannya dalam kondisi yang menggenaskan.

Penyesalan datang, dia tidak mampu melindungi teman-temannya. Dilihat dari lama waktunya, mayat Hyunsuk lebih lama dari Asahi, terbukti dari tubuhnya yang membusuk. Kalau Asahi... sekitar setengah jam yang lalu.

Siapa tuan badut itu? Kenapa dia ingin membunuh mereka semua? Apa alasannya? Sampai sekarang Yoonbin tak mengerti, otaknya buntu untuk berpikir saking cemasnya akan keselamatan teman-temannya yang tersisa.

Dia semakin cemas ketika ucapan temannya tadi siang teringat kembali.

"Gue minta maaf... firasat gue mengatakan kalau yang bertahan gak banyak, Bin."

Sekarang dia harus apa? Dia merasa gagal, apa yang harus ia katakan kepada yang lain kalau Hyunsuk dan Asahi dibunuh di tempat yang sama?

Dia tidak bisa membayangkan bagaimana terkejut dan sakit hatinya Junkyu begitu tau orang yang ia percaya telah pergi meninggal dunia.

Dengan tangan bergetar, Yoonbin mencabut pisau yang menancap di kepala Hyunsuk. Tenang saja, dia memakai sapu tangan agar sidik jarinya tidak tertinggal saat ia memegangnya.

Pisau sebesar ini... membayangkannya saja sudah ngilu, apalagi jika pisau tersebut menembus kulitnya.

Dia harus melaporkan kejadian ini ke polisi, tak lupa memberi kabar kepada orang tua mereka. Oh, apa perlu ia melaporkan Mashiho yang terlihat bermain pisau di jalan tadi?

Clown | Treasure ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang