29;unpredicted.

256 44 4
                                    

• 𝐔𝐧𝐩𝐫𝐞𝐝𝐢𝐜𝐭𝐞𝐝 •
𝐒𝐭𝐨𝐫𝐲 𝐛𝐲 © 𝐓𝐢𝐚𝐫𝐚𝐀𝐭𝐢𝐤𝐚𝟒
•°𝐒𝐞𝐥𝐚𝐦𝐚𝐭 𝐦𝐞𝐦𝐛𝐚𝐜𝐚, 𝐣𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐥𝐮𝐩𝐚 𝐯𝐨𝐭𝐞 𝐝𝐚𝐧 𝐤𝐨𝐦𝐞𝐧𝐧𝐲𝐚•°

• 𝗨𝗻𝗽𝗿𝗲𝗱𝗶𝗰𝘁𝗲𝗱 •

"Astaga! Beneran Dia ngajak lo kerja sama?"

Veronika mengangguk, dari awal Veronika sudah yakin jika kedua temannya pun akan terkejut setelah ia menceritakan tentang ajakan Praya kemarin.

Bahkan jika dipikir-pikir, Veronika masih tidak paham akan dasar apa Praya mau mengajaknya bekerja sama? Sedangkan sampai sekarang status mereka masih sebagai musuh—belum menjadi teman.

"Terus, beneran lo terima?"

Veronika kembali mengangguk sebagai jawaban.

"Siapa tau dia beneran mau bantu gua buat dapetin Kak Kenzo," kata Veronika.

Joya dan Tata menatap Veronika dengan penuh rasa tidak percaya.

"Cuman karna cinta, lo bener-bener nekat yah Ve," kata Tata sambil mengelengkan kepalanya.

Veronika terkekeh pelan, "Bukan cuman karna cinta dong, tapi demi ngedapetin milik gua, gua rela ngelakuin apa aja."

"Seyakin itu kalo Kak Kenzo itu milik lo?" tanya Joya.

"Hooh."

"Tapi kalo boleh jujur, Praya emang gak kalah ganteng dari Kak Kenzo. Tapi, manusia model Praya itu mana mungkin bisa bikin Kak Amira yang kaya model  mau jatuh cinta sama biji salak," celetuk Veronika.

"Beda lah kalo dibandingin dengan Kak Kenzo yang ganteng, pinter, dan ditaksir sama banyak cewek. Makanya gua pengen milikin dia," tambah Veronika yang tengah membayangkan dirinya saat bersama dengan Kenzo.

"Astaga!"

▪︎▪︎▪︎

"Allahuakbar ... badan pada lemes banget kaya abis ngelawan raja terakhir," gumam Praya sambil menjatuhkan tubuhnya di kasur, setelah bergadang hingga pagi hanya karna game onet sialan itu, kini tubuhnya seperti baru saja dibanting puluhan kali.

"Heh, sialan!"

Praya yang baru saja ingin terlelap pun kini kembali melotot saat seseorang berteriak padanya.

Dengan rasa kesal yang tertahan, Praya pun bangkit dari kasur. Merubah posisinya menjadi duduk.

"Gua lebih baik ngeladenin bacotan Veronika dari pada jelmaan dajjal kek gini," gumam Praya sambil mengusap kasar wajahnya.

Bugh.

"Bangsat—"

"Gua peringatin lo yah, jangan ikut camput urusan gua! Urusin aja urusan lo yang gak guna itu!"

Praya mengeram kesal, berdiri dari duduknya dengan tatapannya yang kini berubah tajam pada Kakak keduanya itu.

"Maksud lo apa?"

Clara—gadis yang kini melipat ke dua tanganya di depan dada pun tertawa sinis.

"Lo tuh tau gak? Lo itu masih bocah, jangan so-soan jadi pahlawan kesiangan! Cewek yang lo belain itu udah bikin hubungan gua ancur!"

"Hubungan lo ancur bukan salah dia, tapi salah lo sendiri yang kagak punya akhlak!" balas Praya tak kalah emosi.

Tepat setelah ucapan Praya terakhir, rasa panas nan nyeri terasa pada pipinya—sialan! Kakak keduanya itu memang biadab, menamparnya dengan kekuatan kingkong.

Dengan emosi yang sudah tidak bisa dirinya tahan lagi, Praya mengepalkam kedua tangannya, dengan memberikan tatapan tajam pada kakak gilanya ini.

"Lo cewek, lo Kakak gua. tapi bukan berarti gua gak bisa main tangan yah!" kata Praya dengan tangan yang sudah gatal ingin memberi pelajaran pada Kakaknya itu.

Clara tertawa keras, "Lo kira gua takut? Silahkan kalo lo mau bales nampar gua, gua gak takut!"

"Oke."

Satu tangan Praya terangkat, berniat untuk balas menampar Clara, namun tiba-tiba seseorang menahan tangannya.

"Lo nampar dia, itu artinya lo masukin diri lo sendiri ke rencana busuk dia."

Praya terdiam setelah mendengar ucapan dari Kakak tertuanya itu—Tama.

"Gak usah ladenin dia, biar gua aja yang ngurus dia," kata Tama sambil menurunkan tangan Praya.

"Lo ikut gua, biar gua aduin lo ke Papah!" Tama menarik paksa tangan Carla keluar dari kamar Praya.

Praya menghela napas kasar, entah kapan ia bisa terbebas dari Carla yang tidak waras itu.

Jika terus dibiarkan, Kakaknya itu akan semakin menjadi-jadi. Tapi, jikapun diadukan pada Papahnya—itu percuma, gadis itu hanya akan tobat di awal saja, setelahnya akan kembali menjadi monster.

"Dikira gak sakit apa ditampar," gerutu Praya sambil mengusap pelan pipinya.

▪︎▪︎▪︎

Mendapatkan hari libur selama tiga hari setelah bazar terakhir, tentu saja itu kebahagiaan untuk Veronika. Dirinya bisa menikmati kenyamanan pada kasur kesayangannya selama hari libur.

"Udah jam sembilan bangun, sarapan sebelum mati!" titah Kasenio yang membuat Veronika melotot.

"Kalo gua beneran mati, lo yang bakal gua datengin, Kak!"

Bukannya takut dengan ucapan Veronika, Kasenio malah menatap Veronika tanpa ekspresi.

"Kagak ada pendirian lo De. bentar-bantar mangil Bang, bentar-bentar manggil Kak," celetuk Kasenio dengan dengusan pelan di akhir ucapannya.

"Udah bagus gua manggil lo Bang atau Kak, dari pada gua panggil lo nino-nino uwiw-uwiw."

"Garing asli."

"Idih, ngelucu aja kagak gua."

"Turun woy! Mamah dari tadi ngedumel mulu gegara lo kagak turun!"

"Sabar, gua kudu ngumpulin nyawa yang ketinggalan di gunung monyet."

"Gak guna."

"Dari pada lo, Gak ada akhlak!"

"Lo gak ada pendirian!"

"Lo gak ada otak!"

"Lo gak ada nyawa!"

"Lo gak ada—"

"VERONIKA, KASENIO TURUN SEBELUM MAMAH GETOK KEPALA KALIAN PAKE KULKAS YAH!"

Teriakan Gigi benar-benar sukses membuat Veronika dan Kasenio berlomba-lomba turun menemui Mamahnya itu dengan berlari.

"Ya allah Mah, kulkas mahal. Jangan sembarangan kalo ngomong, kalo Papah tau tar Mamah gak akan dibeliin kulkas baru lagi," celetuk Veronika dengan penampilan yang tak jauh beda dengan gembel.

"Astaga Veve! Kamu anak Mamah atau gembel?" tanya Gigi yang terkejut saat ia berbalik menghadap Veronika.

"Anak dajjal, Mah," jawab Kasenio dengan santainnya.

Bugh.

Botol kecap yang tengah Gigi pegang seketika melayang pada Kasenio.

"Mamah! Kepala Kasen—"

"Punya mulut dijaga, jangan asal ngomong. Kena amuk Papah kamu, Kamu bakal dibuang ke tong sampah!" amuk Gigi dengan tatapan kesalnya.

"Maap, Kasen cuman becanda Mah," balas Kasenio sambil menunduk.

"Becanda lo nyakitin, Bang," saut Veronika sambil menundukan bokongnya di kursi.

Sedangkan Kasenio hanya bisa menatap Veronika dengan raut wajah terkejut.

Apa becandnya terlalu berlebihan? Tapi ... biasanya Veronika tidak pernah sampai terbawa perasaan seperti itu.

Astaga, jangan sampai ia mendapatkan masalah lagi dan berakhir terkena amukan snag Mamah jika Veronika kembali marah padanya.

▪︎▪︎▪︎

Tbc💜

𝐔𝐧𝐩𝐫𝐞𝐝𝐢𝐜𝐭𝐞𝐝.✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang