33;unpredicted.

260 37 0
                                    

• 𝐔𝐧𝐩𝐫𝐞𝐝𝐢𝐜𝐭𝐞𝐝 •
𝐒𝐭𝐨𝐫𝐲 𝐛𝐲 © 𝐓𝐢𝐚𝐫𝐚𝐀𝐭𝐢𝐤𝐚𝟒
•°𝐒𝐞𝐥𝐚𝐦𝐚𝐭 𝐦𝐞𝐦𝐛𝐚𝐜𝐚, 𝐣𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐥𝐮𝐩𝐚 𝐯𝐨𝐭𝐞 𝐝𝐚𝐧 𝐤𝐨𝐦𝐞𝐧𝐧𝐲𝐚•°

▪︎▪︎▪︎

• 𝗨𝗻𝗽𝗿𝗲𝗱𝗶𝗰𝘁𝗲𝗱 •

"Bosen anjing! Kuat-kuatan Bokap dah yok, Gua gak takut!" ajak Ravi sambil membenarkan posisinya yang semula nangkring di atas pohon kini duduk pada tikar bersama Praya dan Davi.

"Yok lah! Gabut gua liat Davi yang maen gitar tapi nada ngaler-ngidul," celetuk Praya.

"Iri bilang boss," balas Davi dengan santainnya.

"Idih ... belum aja Bapak gua turun tangan! Lo tau gunung es kutub mencair kenapa? Bapak gua yang gombalin!" kata Praya dengan banganya.

"Ya salam ... kalian berdua tau Eyang subur? Siapa yang nyiramin dia tiap hari? Bapak gua!" balas Ravi dengan nada sombongnya.

"Hilih! Lu tau kagak aer panas? Itu bapak gua yang ngata-ngatain!" sambung Davi yang juga tak kalah sombongnya.

"Bapak lo berdua mah kagak ada apa-apanya dibanding Bapak gua! Bapak gua mah ngusir bika dari ambon ke medan!"

"Songong jir! Bapak gua noh ngedidik bank mandiri biar gak manja."

"Bapak gua sekolahin samsung galaxy sampe S9!"

"Bapak gua wow nih, udah punya istri tapi malah kasih cincin ke planet saturnus pas lagi sayang-sayangnya!"

"Bapak gua keren, ngumpetin kitab suci sampe sun go kong nyari ke mana-mana!"

"Udah-udah! Bapak gua yang paling keren. Dia ngebobol Emak gua di malam pertama!"

Praya dan Davi terdiam setelah mendengar ucapan Ravi yang begitu bangganya.

"Pantes anaknya goblok, ternyata lahir karna dibobol," celetuk Davi yang langsung memilih kembali bermain gitar.

Sedangkan Praya hanya terkekeh dan mengetik sesuatu di ponselnya.

"Emang gua salah apa?" tanya Ravi dengan wajah bodohnya.

"Lo salah karna lahir dari Emak lo, bukan dari onta arab," jawab Davi dengan malasnya.

"Songong! Belum pernah ngerasain ditabok pake golok lo yah," kata Ravi dengan sewot.

"Gua cabut duluan," ucap Davi sambil berdiri, tidak memperdulikan ucapan Ravi barusan.

"Mau ke mana?" tanya Praya.

"Ngebuntutin Tata, jam segini dia lagi ke supermarket," ujar Davi sambil memakai jaketnya.

"Kenapa gak langsung jujur aja ke dia kalo lo pengen deket sama dia?" tanya Ravi dan di setujui oleh Praya.

"Nanti, kalo waktunya udah tepat. Gua pamit," balas Davi dan langsung berlalu pergi.

"Praya!" panggil Ravi.

"Apaan?"

"Emang bener yah, kalo orang yang tuli katanya gak bisa mati, soalnya pas dipanggil malaikat dia gak denger?"

Praya menatap malas pada Ravi saat mendengar ucapan Ravi yang bodoh itu.

"Coba tanya ke Emak lo, gua ngantuk mau dangdutan!" kata Praya sambil berdiri dari duduknya.

"Gua ikut!"

"Ngikut mulu taik, kek anak bagong!"

"Gua ganteng, gua sabar."

•••

"Dingin-dingin gini enaknya ada yang ngebuat tegang gitu."

Veronika terkejut saat Kakaknya mengucapkan itu, ia menoleh pada Kasenio yang tengah fokus pada layar televisi di hadapan mereka.

"Lo pengen dibuat tegang?" tanya Veronika dengan wajah polosnya.

Kasenio mengangguk dengan santainya.

"Peluk aja tower Bang, dijamin bikin tegang sampe ke ubun-ubun," ucap Veronika dengan santainnya.

Kasenio menyentil kening Veronika.

"Bodoh! Maksud gua itu bikin mie pedes kek, coklat panas kek," kata Kasenio dengan tatapan malasnya pada Veronika.

Veronika nyengir. "Yah kirain. Bikin gih sendiri, jangan lupa bikinin gua," titah Veronika.

"Bego. gua udah kasih kode nyuruh lo buat ke dapur, tapi lo malah nyuruh balik!"

"Idih, kode apaan tuh? Ambigu anjing kodenya!"

"Astaga! Otak lo kotor juga ternyata yah Ve, pantes mikirnya kejauhan."

"Otak gua masih suci belum kotor! Lo-nya aja yang terlalu ambigu kasih kodenya."

"Jadi? Mau debat atau bikin mie?" tanya Kasenio, malas berdebat dengan Veronika yang tidak akan berhenti sebelum ayam beranak bebek.

"Bikin mie!"

"Ayo ke dapur," ajak Kasenio tak lagi menyuruh Veronika untuk ke dapur.

Veronika setuju, ia ikut beranjak dari kasur dan mengekor Kasenio menuju dapur.

.
.
.

"Bang!" panggil Veronika.

"Apa nyet!" saut Kasenio yang tengah tawuran dengan panci berisi mie di hadapannya.

"Ih kasar, gak syuka," ucap alay Veronika.

"Alay setan! Bantuin gua napa, jangan ngemilin beras mulu!" kesal Kasenio yang selalu dijadikan babu oleh Veronika.

"Mager Bang, pantat gua udah nempel banget sama nih kursi," kata Veronika sambil nyengir.

"Sudah gua duga!"

"Jangan gitu Bang, fokus aja sama mie yang lagi lo masak. Jangan terlalu mateng, gua gak suka yang lembek-lembek."

Kasenio memutar malas bola matanya. "Ubur-ubur kali lembek."

"Sempak lo lembek."

"Eh bangsat!"

"Alay, gua bilang sempak bukan yang di dalem sempak. Jangan ngegas, lo lagi gak bawa motor!"

"Katanya otaknya masih bersih tanpa noda, masih suci masih polos. Tapi ucapan ambigunya bisa sejelas itu anjir," celetuk Kasenio sambil menggelengkan kepalanya.

"Khilif Bing Khilif," kata Veronika sambil cengegesan.

"Hilih bicit indi!" balas Kasenio yang mengikuti gaya bicara Veronika.

••••

𝐔𝐧𝐩𝐫𝐞𝐝𝐢𝐜𝐭𝐞𝐝.✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang