Different: Dad's Death | On Going

Prolog

Aku tak tahu mengapa aku yang harus mendapatkan kemampuan ini. Aku juga tak tahu maksud Tuhan menyampaikan keahlian ini dan membuatku kian terbatasi.

Dapat melihat sesuatu yang orang lain tak dapat melihatnya, membuatku terkadang bingung untuk berbuat apa. Sampai akhirnya aku memutuskan untuk berpura-pura tuli dan buta di hadapan mereka yang ada namun telah tiada.

Aku hanya ingin, aku hidup normal seperti teman-temanku yang nampak bahagia dengan apa yang dimilikinya. Tidak seperti aku, apa yang aku miliki malah menjadi sebuah teka-teki yang mengharuskanku memecahkan semuanya.

Tapi keputusanku untuk menulikan telinga dan membutakan mata dari mereka, tak dapat bertahan lama. Banyak dari mereka yang menyadari, sehingga mereka menyapa dan bertukar informasi.

Aku juga harus selalu menjauh, berusaha menghindar dari apapun yang berpotensi sentuh. Karena itu hanya akan membuatku seakan jatuh, dan mungkin saja rapuh.

Aku kaku, dengan semua yang aku rasakan sendirian. Aku lantas berpikir untuk mencoba berteman. Berteman dan berkenalan dengan sosok mereka hingga perlahan aku dapat mengendalikan.

Aku memang sudah memberanikan diri untuk melihat, namun keahlianku yang bukan hanya itu membuatku kerap tertutup dengan alasan takut menyakiti orang lain. Ya, aku tak tahu sampai kapan aku harus menahan keahlian ini.

Namun suatu kejanggalan kian terjadi pada sebuah kejadian yang membuatku benar-benar merasa sendirian. Untuk menemukannya aku harus benar-benar menggunakan kemampuanku tanpa segan untuk memastikan apapun yang membuatku terheran agar aku mendapat sebuah kebenaran.

Ini sulit, tapi entahlah jika aku terus mencoba. Aku ingin, aku dapat menghilangkan kabut yang membuat jawaban itu semakin semu.

Mungkin aku bisa? Ya, harus dan pasti bisa.

•[T B C]•

Salam sayang dan terima kasih dari Author yang cantik dan imut ini!

*yaampun maapin :"

sorry for typo/'s

thx and see u next,
Navi Scheera.
ig? check on my bio.

created: november 16, 2020