Part 1: Out from Home

47 20 23
                                    

"Tidak ada kejahatan yang bertahan lama. Jika tidak terbuka segera, maka kematianmu yang akan menjadi jawaban semuanya."

• • •

Gadis di ruangan bernuansa merah tersebut menghentikan pergerakan jarinya, lantas menghela napas jengah. Tangannya bergerak menutup buku bertuliskan "Secret Story of Steffy" itu.

Steffani Navillera, seorang gadis berparas cantik dari keluarga berada. Meski begitu, kebahagiaan tak selalu menyelimutinya. Kini ia merasa dirinya hanya seorang diri, tak ada sumber bahagia yang masih ada di sampingnya.

Tak ada lagi seseorang yang selalu di sisinya. Dan di sisinya kini hanya ada mereka, yang tak lagi dianggap manusia.

Gadis itu termenung, sebelum akhirnya pintu kamar miliknya terbuka lebar menampakkan dua wanita yang menatap benci ke arahnya.

"Pergi kamu dari tempat ini! Saya gak sudi ada orang aneh tinggal di rumah saya!" hardik seorang wanita pada gadis itu dengan teganya.

"Iya! Bener!" tambah seorang gadis berambut cokelat hasil salon di samping wanita itu.

"Kalian aja yang gak percaya!" ucap gadis itu.

"Saya gak peduli!" bentak wanita itu lantas menyeret gadis di hadapannya dengan beberapa barang yang dibawa lantas mendorongnya keluar dari rumah itu.

"Steffani harus di sini! Steffani gak akan pergi! Itu pesan Papa!" bentaknya meronta meminta dilepaskan dari cekalan yang ada di pergelangan tangannya.

"Buat apa? Kamu cuma bikin rumah saya terlihat aneh dengan kamu yang udah gila!"

"Rumah lo? Ha, ini bukan rumah lo! Ini rumah gue! Lo yang harusnya pergi dari sini, bodoh!" protes Steffani.

"Berani ya, kamu. Lagian laki-laki bego itu udah mati! Gak usah kamu ungkit-ungkit lagi!" hardiknya tanpa perasaan.

"Udah bokapnya penyakitan, sekarang anaknya ikutan!"

Plakk!

Tamparan keras mendarat tepat di pipi wanita paruh baya yang berdandan menor itu. Jejak tamparan yang membentuk tangan terlihat begitu jelas di pipinyaa. Membuat gadis di samping wanita itu ternganga, begitu juga beberapa pembantu yang tersenyum sinis ke arah gadis yang memanggil dirinya Steffani. Mereka tak percaya keberanian apa yang ada dalan diri Steffani sehingga lancang menampar Ibu tirinya.

"Dasar wanita gak tahu malu! Lo yang bego! Kalo lo mau ambil semua kekayaan Papa, oke silakan! Tapi jangan pernah lo hina dan ngatain Papa kayak gitu!"

"Lo cuma cewek murahan yang Papa temuin! Dan dengan bodohnya lo masuk ke rumah ini tanpa rasa malu! Lo yang seharusnya pergi dari rumah ini, Janda Sialan!"

"Dan sekarang dengan liciknya, lo ubah semua hal di rumah ini seakan menjadi milik lo."

Plakk!

Kini sebuah tamparan itu mendarat di pipi Steffani. Namun, bagi Steffani itu terasa seakan sentuhan saja. Sama sekali tidak bertenaga.

"Jaga tangan dan mulut lo! Lo gak pantes kayak gitu ke Mami!" bela Maureen. Dia adalah putri dari wanita yang dengan tega mengusir Steffani. Mereka berdua adalah Ibu dan adik tiri Steffani.

"Ngapain gue capek-capek jaga sikap buat manusia busuk kayak lo berdua!"

"Lo ...." Tangan Maureen terkepal erat, ia hendak melayangkan tamparannya lagi ke arah Steffani, namun niatnya tak tersampaikan karena Steffani menahannya.

Berniat membalas tamparan itu, Steffani malah merasakan kepalanya pusing dan tak lama kegelapan menyelimutinya.

Tunggu, kesalahan apa lagi yang Steffani lakukan sekarang?

Different: Dad's Death | On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang