Part 2: One Month Ago

28 17 4
                                    

"Apa yang kupunya, memang tak seharusnya terus menjadi rahasia. Aku akan mencoba, untuk membukanya pada seseorang yang aku percaya."

[Different: Dad's Death]

• • •

Satu bulan yang lalu.

*

Suara deringan telepon rumah terdengar membuat gadis yang ada di atas sofa putih itu segera mengangkatnya.

"Halo, dengan kediaman Adipura. Dengan siapa ini?" tanya gadis itu.

"Saya ini dari kepolisian. Sebelumnya boleh saya tahu ini dengan siapanya bapak Adipura?" ucap seseorang di seberang telepon.

Gadis yang mengangkat telepon itu terdiam seketika, berbagai pertanyaan muncul dalam benaknya saat nama Ayahnya itu disebutkan.

"Halo? Masih bisa mendengar saya?" ucap pria itu membuyarkan lamunan gadis di seberang teleponnya.

"Oh iya, Pak. Ini dengan Steffani, anaknya."

"Mohon maaf sekali, Mbak."

"Tapi yang akan saya sampaikan sekarang ini ialah kabar duka."

"K-kabar apa, Pak?" Terdengar nada khawatir dari Steffani saat membalas telepon itu.

"Ayah anda ...," ucap Polisi itu terjarak, "ditemukan dalam kondisi meninggal dunia."

Deg.

Bagai hujan batu yang menghantamnya tanpa ampun, pendirian gadis itu melemah membuatnya terduduk di lantai dengan suaranya yang mulai terisak.

"A-apa? Lalu s-saya harus kemana sekarang?" ucapnya dengan terbata-bata.

"Hubungi kami di rumah sakit dekat alun-alun kota, saudara Adipura ditangani di sini."

"Baik."

*

Di dalam ruang jenazah, gadis itu menangis tersedu-sedu memeluk jasad pria yang paling disayanginya seraya ditemani tiga wanita di sana. Wanita paruh baya di sebelahnya tak henti mengusap punggung Steffani dengan tulus dan ikut merasakan kesedihan, sembari terus mengucapkan kata sabar dan tabah untuk menenangkan gadis itu.

Sedangkan dua wanita di belakangnya hanya menatap datar pada jenazah di hadapannya. Terlihat sebuah kesedihan tersirat pada tatapan mereka, namun sepertinya ego mereka berhasil mengalahkannya.

"Papa bangun! Nara gak mau sendiri!"

"Please don't leave me alone, Dad!"

"Tolong bilang ini cuma mimpi, Mbok! Hiks, Nara gak mau kayak gini," ucapnya pada wanita yang ikut menangis sembari terus mengelus punggungnya itu.

"Yang tabah, Non. Sabar, ini sudah takdir," ucap wanita itu, Sarmi.

"But why the fate's so cruel!" gerutu gadis itu.

"Sabar, Non. Ada Mbok di sini. Non Nara gak sendiri," ucap Sarmi.

Tanpa menunggu dan melihat kesedihan yang dirasa tak berguna dari gadis di hadapannya, dua wanita yang tadi di belakang Steffani sudah meninggalkannya entah kemana. Membuat Steffani sedikit geram karena nyatanya, mereka sama sekali tak peduli kondisi Adipura, Ayahnya.

*

Jenazah Adipura sudah diurus oleh orang rumah Steffani. Kini ia tengah berada di kantor polisi, tepatnya di tempat tahanan untuk menemukan keterangan atas kematian Ayahnya. Sekaligus menemui tersangka yang mungkin sudah ditemukan.

Different: Dad's Death | On GoingWhere stories live. Discover now