Part 10: Knave

24 14 9
                                    

"Dunia ini tak bisa kau kendalikan sesuka hatimu. Setiap orang memiliki hak untuk menolakmu dan kau tak memiliki hak untuk mengubah penolakan itu."

[ Different: Dad's Death ]

• • •

Gadis dengan motor sport hitamnya itu kini sudah berada di parkiran Cafee. Dengan hati yang tak tenang, gadis itu memasuki tempat kerjanya meski sudah terlambat satu setengah jam.

Setelah Yugo memutuskan untuk membuktikan ucapan Praja nanti malam, gadis itu memutuskan pergi ke tempat kerjanya tanpa membuang waktu lagi.

Tapi sepertinya, ia sudah terlebih dulu membuang banyak waktu sebelum itu.

"Bagus, ya. Udah kerja cuma paruh waktu, datangnya telattt terus. Mau kamu apa, sih? Mau saya pecat?" cerocos Tara, manager Steffani di Cafee itu.

Gadis itu kini hanya tertunduk mengakui kesalahannya. Tapi di sisi lain tak sepenuhnya kesalahan gadis itu, dia hanya berada dalam keadaan yang memaksa. Jadi ia juga tak bisa apa-apa.

"Maaf, Kak. Saya tadi harus ke kantor polisi terus kejebak macet di jalan," ucap Steffani terus terang.

"Kalo gitu kenapa kamu gak izin sama saya?! Seenaknya banget kamu jadi karyawan! Kewalahan tuh karyawan lain yang harusnya udah selesai shift," tegas pria itu.

"M-maaf, Kak."

Pria itu menghela napas jengah seraya memijat ringan pelipisnya. "Ini bukan pertama kalinya kamu telat tanpa izin. Syarat dari awal kamu kerja di sini itu gak boleh terlambat sampai tiga kali ...."

"Dan kamu? Kamu itu udah empat kali dan masih saya wajarkan loh! Kalo sekiranya kamu memang tidak mampu kerja di sini. Mending cari kerja di tempat lain. Saya tidak butuh karyawan yang asal-asalan." Pria itu berbicara dengan menggebu-gebu, terlalu kesal dengan Steffani yang terus saja mengulang kesalahannya.

"Kita ini masih minim pekerja, karena kita baru buka. Kalo kamu terus begini, kasihan karyawan lain yang kerja lebih lama tapi gaji segitu-segitu aja."

"Tapi, Kak. Saya masih butuh--"

"Ah udahlah! Mulai sekarang kamu saya pecat aja! Lebih baik saya kasih gaji kamu ke karyawan yang sudah kerja lebih lama."

"Ikut saya ke ruangan," lanjutnya mengakhiri perbincangan itu tanpa memberi kesempatan Steffani untuk berbicara.

Steffani hanya bisa menghela napas dan berpasrah dalam hatinya.

"Pfftt, harus kemana lagi gue nyari kerja?!" batin gadis itu.

*

Di sebuah ruangan dengan beberapa berkas, gadis itu hanya tertunduk dengan semua penuturan pria tadi yang masih kukuh untuk memecatnya.

"Nih gaji kamu sesuai kamu kerja," ucap pria itu seraya memberikan sebuah amplop cokelat kepada Steffani.

"Apa gak bisa kasih saya kesempatan dulu, Kak?" tanya Steffani.

"Kamu itu, gak bi--"

"Kasih dia kesempatan," sela seseorang dari arah pintu.

Kedua orang di ruangan itu lantas menoleh ke arah sumber suara dengan Tara yang mengernyitkan dahinya.

"T-tapi, Pak Vito. Dia sudah--"

"Ssttt. Dia itu karyawan limited edition, jangan lah main pecat gitu aja." Tangan pria itu terulur ke arah dagu Steffani. Membuat gadis itu dengan cepat menepisnya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Nov 05, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Different: Dad's Death | On GoingWhere stories live. Discover now