Part 5: New Classmate

23 17 17
                                    

"Tetaplah menjadi orang berhati baik. Tolonglah setiap makhluk di dekatmu. Tapi jangan sampai kamu termakan rasa tinggi hati, atau kamu akan menyesal sendiri."

[ Different: Dad's Death ]

• • •

Hari sudah larut, dan jam juga sudah menunjukkan pukul satu dini hari tapi Steffani baru pulang dari kantor Detektif pengurus kasus Ayahnya.

Suara derung motor terdengar di pekarangan rumah bernuansa putih dan cokelat itu, menandakan gadis yang menjadi penghuninya sudah pulang.

"Mbok, Nara pulang," ucapnya pelan saat memasuki rumah. Ia yakin Mbok-nya itu sudah tidur, tapi ia menyapanya saja agar tidak terlalu kosong saat memasuki rumah.

"Kok baru pulang?" tanya seseorang yang tengah duduk di sofa ruang tengah.

Gadis itu cukup terkejut, ia kira itu adalah bagian dari mereka.

Ia berjalan lesu menuju sofa itu seraya melempar tasnya asal. "Habis dari kantor Detektif," jawabnya.

Sarmi terlihat antusias. "Ada perkembangan?"

Steffani menghela napas lelah, membuat wanita di sebelahnya mengernyitkan dahi seolah bertanya.

"Nothing," sahut gadis itu.

Seolah tahu yang dirasakan Steffani, wanita itu kini terdiam tanpa bertanya lagi. Memperhatikan gadis itu sampai ia berbicara.

"Detektifnya dibunuh pelaku," lanjut Steffani membuat mata wanita di sebelahnya terbelalak sempurna.

"Apa lagi ini?" ucapnya seraya menenangkan diri dengan mengusap dadanya.

Wanita itu lantas memperhatikan raut wajah gadis di sampingnya, cukup berkeringat dengan raut lelah tercampur panik penuh pikiran. Ia bisa merasakan bahwa sesuatu telah terjadi pada gadis itu.

"Nara habis gunain kemampuan apa?" tanya wanita itu to the point.

"Mbok, kalo Nara gunain kemampuan Nara buat membuka kasusnya enggak apa-apa, kan?"

Wanita itu tersenyum seraya mengulurkan tangannya untuk mengusap kepala gadis itu penuh sayang.

"Selagi Dek Nara kuat, Nara boleh menggunakan kemampuan apapun yang ada pada diri Nara."

Gadis itu tersenyum.

"Tapi satu hal yang Nara harus ingat," tambah wanita itu, membuat Steffani kini menatapnya.

"Nara gak boleh menggunakan kemampuan yang masih belum sepenuhnya terkendali. Nara harus bisa menahan diri untuk menyembunyikan kemampuan yang belum dikuasai. Karena kalau tidak, selain menyakiti orang lain itu juga bisa menyakiti diri Nara sendiri," ucapnya panjang lebar, dibalas anggukan gadis itu beberapa kali.

"Sekarang jawab pertanyaan Mbok yang pertama, Nara gunain apa?" tanya wanita paruh baya itu.

"Vision masa lalu," sahut Steffani singkat.

Wanita itu mengernyit heran, "dari tangan siapa?" tanyanya.

"Jasad detektif."

Lagi, ekspresi terkejut Sarmi kembali terlihat. Kini wanita itu menutup mulutnya dengan telapak tangan.

"Kenapa emangnya, Mbok?"

Steffani yang melihat itu keheranan, "apa ada yang salah?" tanya gadis itu.

"Kamu gadis yang istimewa, Nara."

Sarmi sudah sangat paham seluk beluk kemampuan yang tertanam pada diri Steffani. Ia akan tahu jika kemampuan itu berkembang atau menurun hanya dengan beberapa tatapan saja. Dan kini, wanita itu terkejut sebab ia mengetahui bahwa kemampuan gadis itu sudah semakin kuat.

Different: Dad's Death | On GoingWhere stories live. Discover now