✿32✿

43.2K 3.3K 335
                                    

-Arjuna's P.o.V-

"Itu cowok kamu?" tanya bokapnya Jevan. Jevan ngrenyitin alisnya dan natap bokapnya tajam. "Suka nggak suka, Jevan tetep sama Arjuna" jawab Jevan. Bokapnya Jevan sekarang nengok full ke belakang, terutama nengok ke gue.

Omg... Udah tua tapi masih aja hot— sambil nelen ludah sendiri, gue anggukin kepala kearah bokapnya Jevan. Gini mungkin rasanya ketemu camer ya?

"Hahaha, nggak yangka kan, Damie? Anak sama ayah nggak beda jauh~ Gene memang bahaya" tiba-tiba orang yang nyupir mobil inipun komentar. Otomatis gue ama Jevan langsung saling pandang, sementara bokapnya Jevan nghela napas pasrah dan balik ke posisi semula.

"Om kenalannya papa?" tanya Jevan ditujukan ke supir mobil. Yang dipanggil Om itu langsung nengok sebentar ke Jevan dan senyum. "Iya, gitu deh" jawab si Om. "Pa, papa nggak bakal minta Jevan putus ama Arjunakan?"

"Gehh... Kenapa to the point langsung?! Ntar kalo bokap lu nggak terima gimana?!" bisik gue sambil narik Jevan. "Biar lebih jelas" Jevan beneran serius. Dia nggak keliatan lagi joking atau main-main.

"Tenang aja, papa mu nggak akan minta kamu putus kok. Ya nggak Damie?" ujar si Om lagi. Gue ngeliatin Om yang nyupir itu dengan curiga.

Dia pasti lebih dari supir... soalnya nggak mungkin supir berani ikut komen pembicaraan kayak gini—

Bokapnya Jevan natap si Om dan ngehela napas lagi.

Gue rasa bokapnya Jevan itu sering dianiaya pasti. Dia jarang ngomong dan yang sering cuma nghela napas pasrah.

"Papa nggak minta kamu putus" ujar bokapnya Jevan.

"Beneran pa?!" Jevan langsung majuin kepalanya dan natap bokapnya yang ngangguk. Jevan balik lagi dan langsung meluk gue. "Arjuna! Lo nggak perlu khawatir lagi, gue bakal selalu sama lo!" ujar Jevan.

Dalam hati gue lega banget, bokapnya Jevan nggak marah atau ngelarang Jevan ama gue. "Om, makasih ya sudah ngerestuin hubungan saya sama Jevan!" ujar gue. Bokapnya Jevan nengok lagi ke belakang dan senyum ke gue.

Guepun terpesona. OMG... Jevan buruan lu tua biar makin seksi—please

"Tapi, papa kok nggak kaget? Marah ato gimana?"

"Jev! Lu kok malah minta bokap lu reaksinya horor gitu?!" protes gue pas denger pertanyaan Jevan. Lagi-lagi Om yang nyupir ketawa dan komentar, "Habisnya Damie juga nggak beda sama kamu"

Jevan ngeliatin Om yang nyupir kaget banget. Sementara gue bingung maksudnya si Om.

"S-Serius?!"

"Seratusrius" bales Om itu lagi.

Tch, nih Om genit amat, ngomongnya pake dibuat sok manis!

Jevan ngeliatin bokapnya dengan horor sementara bokapnya Jevan nggak berani liat Jevan. "Damie, pasti belum cerita apa-apa yah?" Jevan gelengin kepalanya. "Belum...". "Keh.. gue kena tipu" ujar si Om dengan wajah sebel, bokapnya Jevan langsung balik muka natap si Om.

"B-Bukan gitu! A..Aku cuma belum dapet wak—"

Belum sempet bokapnya Jevan nyelesein kalimatnya si Om supir narik dasinya bokapnya Jevan dan nyosor bibirnya dalam kecepatan kilat. Dzzzziiiinggg— Gue dan Jevanpun langsung teriak,

"AAAAAAAGGGGGGGHHHHHHHHH!!!!!!!"

"PAPAAAAAAAAAAAAA!?!?!?!?!?!?" teriak Jevan dengan horor dan mobilpun brenti.

"Damar, kamu harus cerita ke anak kamu yang sebenarnya" ujar si Om. Bokapnya Jevan masang wajah mati segan hidup enggan dan nengok ke belakang.

"M-Maaf, papa bukannya mau bikin kamu trauma" ujar bokapnya Jevan. "Papa udah cukup bikin Jevan trauma" komen Jevan. Gue cuma speechless ngeliat adegan 21+ yang baru saja terjadi.

My Darling Arjuna [ 1 ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang