5. Fly To My Room

24 5 0
                                    


Everywhere

I wonder if this place was like this

Suddenly this strange scenery

I'm absorbed by memories

Even the old desks, the changed sunlight

Looks special

I'm little less lonely, nah

(BTS – Fly To My Room)

***

Sementara Deva menyukai seluruh dunia sebagai taman bermainnya, Kavita memilih kamarnya sebagai tempat paling istimewa. Entah kamar kosan atau kamarnya di rumah orangtuanya.

Sementara Deva memilih mengelilingi setiap jengkal bumi sebagai makna filosofis terbang sesungguhnya bagi manusia, Kavita memilih merebah di kamar bersama setumpuk buku, password wifi, gadget, dan beberapa camilan sebagai makna untuk istilah yang sama.

Maka, Deva cukup punya alasan untuk tidak memahami Kavita. Dan, Kavita punya lebih dari cukup alasan untuk mempertanyakan keputusannya memacari Deva.

Namun kini, ketika Deva sudah pergi, tempat favoritnya itu terasa hampa. Langit-langitnya memang tetap tinggi, tapi terlihat lebih lusuh dari sebelumnya. Temboknya tetap berwarna hijau telur asin, tapi terlihat lebih kusam dari sebelumnya. Kavita membenci Deva. Bukan karena pria itu mengubah hidupnya, tapi karena telah membuat kamarnya tidak lagi terasa menyenangkan.

"Aaaaaaaaaaghhh Deva sialan!!!" Kavita mengerang kencang. Perempuan itu terlihat seperti makhluk patah hati. Dua kali lagi teriakan dengan volume yang sama, tidak akan ada yang berdiri di pihaknya jika penghuni lain memprotesnya.

Baju basah Kavita sudah kering di badan. Perempuan itu tidur melintang di lantai kosong antara kasur dan lemari. Di luar, keadaan sudah gelap sejak berjam-jam yang lalu."Hey, Google!" Ia menggapai ponsel di ujung kasur.

Merasakan getaran halus dari badan benda persegi itu, Kavita melanjutkan, "Deva is a jerk. I hate him to the moon and back!"

Setelah itu ia melempar kembali ponselnya ke kasur. Tidak peduli pada jawaban yang keluar dari speaker ponsel itu.

Kavita berguling-guling ke sana kemari. Ia menggaruk-garuk dan mengacak-acak rambutnya yang memang sudah berantakan. Kakinya menendang-nendang lemari. Ia kembali berteriak, tapi kali ini sembari menenggelamkan wajahnya ke permukaan bantal. Sadar bahwa ia terlalu malas berdebat dengan penghuni kosan yang lain.

Detik mengulur menit. Kavita diam, telentang menghadap plafon. Pikirannya melayang. Sesaat setelahnya, ia menggumam panjang.

"Hey, Google!" ucapnya tiba-tiba.

Ponsel di tengah kasur tidak bereaksi apa-apa.

"Google!" ulang Kavita. Lebih keras.

Namun, getaran halus yang diinginkannya tidak terasa.

"Sial, Google!" Kavita menyambar ponsel itu kasar, "Aku lupa membuka layar kunci. Asem!"

Dari beberapa hal mudah di dunia ini, sangat mudah untuk jadi orang gila.

"Hey Google! What does it mean 'I love you to the moon and back?'" Kali ini, Kavita mendekatkan ponsel ke mulutnya dan berucap lebih serius.

"According to the dictionary dot com I love you to the moon and back, sometimes shortened to love you to the moon and back, is used to express the vastness of one's affection to another." Kalimat itu terucap cepat dan dalam logat british kental.

Kavita selintas merasa ingin movie marathon Harry Potter saja semalaman ini. Daripada memikirkan kamarnya yang berbuah rasa dan kebenciannya pada Deva.

"Oke. Thanks, Google." Satu hal aneh yang selalu Deva tidak terima: Kavita selalu berterima kasih pada Google Assistant yang cuma bisa memberikan jawaban standar, dan tidak pernah berterima kasih padanya yang selalu mencoba menjawab dan menanggapi sepenuh hati.

Maka, Kavita bangkit dan berjalan terhuyung-huyung menuju kamar mandi. Telah diputuskan. Ia akan nonton Harry Potter semalaman.

.

.

Pernah dengar tentang nasib sial yang saling mengundang di hari-hari tertentu di hidupmu?

Tidak?

Tapi, Kavita mengalaminya hari ini. Ia hampir membanting laptop tua miliknya ketika benda itu tidak bisa menyala. Jangankan menyala. Lampu-lampu indikatornya tidak berkedip sedetik pun.

"Aaaaaagh Deva sialan!!!" Kavita melempar bantal ke dinding, yang salah sasaran menabrak kaca jendela. Seketika suara 'blam' kencang memecah suasana malam.

Kavita membeku di tempatnya selama beberapa detik. Bola matanya melirik kiri kanan, menunggu-nunggu seseorang mungkin saja mengetuk kamarnya seraya meneriakinya. Setengah menit berlalu, Kavita menghela napas. Tidak ada yang datang.

Ia menutup keras layar laptopnya, lalu kembali merebah di lantai kamar. Ia mulai merasa bodoh menyalahkan Deva sementara ia sendiri yang membiarkan benda tua kesayangannya itu basah demi menolak pertolongan payung dari Deva.

"Deva memang bangsat." Namun Kavita tetap Kavita, yang tidak pandai mengalahkan egonya sendiri.

Tring.

Suara berdesing halus keluar dari speaker ponselnya.

Kavita melirik benda itu tanpa minat. Meski begitu, tangannya secara insting menggapai ke sana. Jempolnya menggeser sisi layar paling atas, mengetuk notifikasi paling baru.

[Hi, Harsika! It's Maya. Been waiting for your response but I got nothing 'till now. I wonder if you still alive 'cause you sound like the most unlucky people on the earth from your last letter. Haha. Kidding.

How's your day? Hope you'll fine.

As for me, I got this guy whom I have to guide him travelling around India. The worst part is, he doesn't give his real name instead he want me to call him Mr. Handsome. Don't you think the same as me? That this guy is the real definition of the craziest flirtious* man living on earth?

Hahaha.

Hope you got my joke. Smile, Kavita.

Always wait for your response.]

Itu surat pendek pada aplikasi penpal yang Kavita pasang di ponselnya.

Maya adalah sahabat pena-nya yang berasal dari India. Mereka cukup sering bertukar surat dari aplikasi itu. Namun seperti yang ditulis Maya pada suratnya, Kavita tidak membalas surat terakhirnya yang datang sepuluh hari yang lalu.

[My day is sucks*, Maya. Can't get your joke. Can't smile. Can't cry either.

Sorry for this late and bad response.

I wish you could fly to my room :( ]

Dan jawaban pendek itu terbang bersama ikon amplop kuning melintasi peta yang tertera di layar.

***

-tbc-

***

catatan kecil:

*kata flirtious seharusnya flirtatious yang artinya genit. Tapi Maya bukan nativ bahasa Inggris, jadi dia menggunakan kosakata yang salah. Kavita juga bukan penutur asli bahasa Inggris. Nilai bahasa Inggrisnya di sekolah dan kuliahan juga nggak bagus bagus amat.

*sucks dalam kamus artinya menghisap, mengulum, etc. Tapi dalam kamus slang, itu adalah ekspresi untuk mengungkapkan sesuatu yang menyebalkan, buruk, ga keren.

My life is sucks = Hidupku nyebelin banget.

*** 

[thanks. i love you.]

My Favorite GoodbyeNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ