Chocolate°06

1.8K 371 106
                                    

Hari minggu berarti toko tidak buka. Memang ada satu hari yang sengaja Minho ambil untuk jatah libur, tak mungkin juga kan mereka harus kerja lembur bagai kuda, yang ada kondisi justru drop duluan.

Dan sama seperti weekend weekend pada umumnya, tanggal merah itu berarti beres beres rumah, mencuci pakaian serta peralatan makan yang kotor dan juga melakukan pekerjaan bersih bersih lainnya.

Terlalu malas mengeluarkan tenaga, si pemilik mata kucing memilih untuk mengemas pakaian kotornya untuk dimasukkan ke dalam satu bag jinjing untuk dibawa ke tempat laundry di dekat apartement. Padahal gedung itu sudah menyediakan beberapa mesin cuci, Minho nya saja yang terlampau tak ingin merepotkan diri, dasar.

Begitu pakaiannya sudah diterima dan bisa diambil sekitar dua hari lagi, Minho lantas bawa langkah tegapnya menyusuri trotoar untuk kembali ke rumah- sebelum akhirnya merebahkan diri sepanjang sisa hari, mengelola bisnis sendiri ternyata cukup melelahkan.

Tapi, sepertinya takdir memang tak menginginkan Minho bermalas malasan secepat itu, begitu melewati salah satu taman kecil di daerah tersebut, manik tajamnya tak sengaja melirik sosok familiar yang tengah berdiri membelakanginya, Minho hafal betul pemilik dari surai blonde itu- dan juga Minho tentu hafal dengan pemuda yang kini berdiri di hadapan Jisung, dia Younghoon.

Penasaran dengan apa yang kedua orang itu lakukan di taman- membuat Minho dengan bodohnya justru mendekat dengan cara mengendap endap, bersembunyi di balik semak untuk menguping pembicaraan mereka.

Sadar dengan tindakan spontan tadi, Minho seketika memasang wajah penuh penyesalan, kenapa juga dirinya menjadi kepo seperti sekarang? Bukankah lebih baik pulang lalu tidur sesuai rencana awal.

"Emm Ji, aku pengen nyatain sesuatu ke kamu."

Sayup, suara Younghoon menyapa rungu Minho, pendengarannya ia tajamkan, benar benar seperti seorang stalker gila.

Agaknya Minho datang di saat yang tepat, pertunjukan sebentar lagi akan dimulai.

"Nyatain apa?" Jisung bertanya bingung, tak memiliki bayangan satu pun mengenai apa yang akan Younghoon katakan, mereka saja bertemu terakhir kali ketika makan siang di hari itu, setelahnya kan Jisung terlalu fokus dengan Minho yang tengah ngambek.

"Aku suka sama kamu Ji."

Terlalu to the point, Jisung bahkan tak bisa menyembunyikan raut cengonya.

Hey ini cukup mengejutkan oke, mereka baru mengenal selama beberapa minggu, itupun karena pertemuan pertemuan tak sengaja yang terjadi, lalu, bagaimana Younghoon bisa tiba tiba mengatakan jika dirinya memiliki rasa lebih terhadap si manis?

Itu karena tawamu Ji, tawa indah yang mampu membuat hati jatuh berkali kali.

Terjeda keheningan selama beberapa detik, Minho sudah ketar ketir menanti jawaban yang lebih muda. Bahkan di sini sulit terlihat siapa yang sebenarnya tengah menyatakan perasaan, Minho lebih panik ketimbang Younghoon.

Menggigit bibir bagian bawah, Jisung seketika menggaruk belakang kepala canggung, tak terlalu tau pasti apa yang harus diucapkan supaya tak ada yang terluka nanti.

"Ma-maafin aku, tapi aku gak punya perasaan yang sama, sungguh Younghoon, maafin aku." Jisung merasa bersalah entah karena apa, membuat Younghoon seketika berujar kikuk.

"Ah gak apa Ji, aku paham kok. Ngomong ngomong, makasi udah mau dengerin aku ya." Younghoon berujar setegar mungkin, ditolak memang menyakitkan, namun bukan berarti hal itu bisa menjadi pembenaran untuk bertindak semaunya, bagaimana pun Younghoon juga harus bisa menghargai keputusan si manis.

Pukk...

"Makasi ya." si surai merah berujar tulus sembari menepuk pucuk kepala Jisung pelan. Mungkin setelah ini ia akan menyerah, namun bukan berarti menghilang. Mereka masih bisa menjadi teman, Younghoon masih akan berkunjung ke toko coklat, dan tetap akan ada satu sosok yang terbakar api cemburu. Benar benar lucu.

Fluff Series [🌲] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang