Chocolate°12 ⚠

6.2K 396 166
                                    

Malam ini lebih sepi dari hari hari sebelumnya, mungkin karena sudah terlampau larut bahkan jam telah menunjukkan pukul sebelah lebih beberapa menit.

Minho serta Jisung masih berada di toko, dengan bodohnya mereka justru ketiduran kala beristirahat setelah selesai bersih bersih. Dan ya, beginilah jadinya.

"Eunghh..." Jisung melenguh pelan, perlahan terjaga lalu mengerjap pelan. Mengumpulkan sedikit informasi, akhirnya Jisung teringat jika dirinya masih berada di toko coklat milik Minho- dengan sang pemilik yang kini berbering di sofa sembari memeluk tubuhnya erat.

Benar, tempat duduk empuk satu itu memang sudah beralih fungsi menjadi ranjang dadakan untuk mereka berdua, cukup sempit namun masih bisa menampung kedua insan yang saling mencintai itu.

Ingat jika mereka harus segera pulang, Jisung lantas menepuk pipi tirus Minho pelan, membuat mata tajam itu perlahan terbuka menampilkan kelereng indahnya.

"Emm...jam berapa?" Minho bertanya dengan suara serak, entah kenapa mampu membuat wajah Jisung sedikit bersemu. Apakah jika mereka menikah nanti, pemandangan ini akan Jisung dapati setiap pagi?

"Udah jam sebelas kak, ayo pulang." Jisung menjawab setelah susah payah melirik jam dinding yang ada di belakang meja kasir. Paham, Minho lantas anggukkan kepala sebelum akhirnya bangkit perlahan.

Mengubah posisi menjadi duduk, yang lebih tua asik merentangkan tangan ke atas sembari menguap lebar, sedangkan Jisung di sebelahnya memilih untuk kembali bergelung dalam empuknya sofa. Dasar, padahal barusan siapa yang mengajak untuk pulang?

Melirik sekilas, Minho ulas senyum tipis kala melihat Jisung yang berubah memunggunginya, menempelkan wajah pada sandaaran sofa serta nafas teratur tanda ia mulai terlelap kembali.

Sang dominan tak masalah, ia bisa saja menggendong Jisung sampai di apartement.

Bangkit berdiri, pemuda berhidung bangir itu lantas berjalan untuk menurunkan tirai jendela serta pintu toko, mencegah orang orang dari luar untuk melihat ke dalam selama tempat ini tutup.

Selesai dengan urusan, Minho lantas kembali menghampiri Jisung, berjongkok di depan sofa sembari memutar tubuh tersebut untuk menghadap ke arahnya. Si tupai benar benar sudah terpejam sekarang, ketara sekali jika lelaki manis itu tengah lelah.

"Ji ayo bangun, kalau gak, kakak cium nih."

Hening, masih belum ada jawaban.

Mengedikkan bahu acuh, Minho lantas dekatkan wajah mereka, mengikis tiap jarak yang ada sebelum akhirnya dua bilah delima itu saling bertubrukan membawa serta sensasi manis di dalamnya.

Srett...

Ketika Minho hendak menjauhkan wajah, dengan tiba tiba Jisung justru melingkarkan tangan pada leher jenjang tersebut, manik bulatnya masih terpejam dengan bibir bergerak melumat benda kenyal milik Minho.

Mulai nakal hm?

Mengerti dengan keinginan sang kekasih, Minho pun turut menyembunyikan kelereng indahnya di balik kelopak mata, menyesapi pangutan yang mereka lakukan di malam ini.

Secara perlahan, tubuh Minho mulai bangkit, naik ke atas sofa sampai kini menindih yang lebih muda.

Lalu entah siapa yang memulai, ciuman sederhana itu bisa berakhir menjadi sesuatu yang lebih.

━━━━━━━━━ ⚘ ━━━━━━━━━━
c h o c o l a t e
━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━

"Anghh..." Jisung mengerang pelan, begitu lemah juga feminim kala milik sang dominan memaksa masuk di bagian bawahnya.

Ah ya ngomong ngomong, dua pemuda gila itu benar benar memutuskan untuk 'melakukannya' di toko. Peduli setan dengan kekacauan yang akan mereka perbuat, kejantanan yang sudah mengeras membuat akal sehat menghilang entah kemana.

Fluff Series [🌲] ✔Where stories live. Discover now