1 : Sang Ilusionis

838 156 75
                                    

Ilusionis adalah orang yang memiliki kemampuan untuk membuat sesuatu yang mustahil seolah-olah benar terjadi. Namun, sejatinya, itu hanyalah sebuah kepalsuan yang menipu mata para penontonnya.

.

.

.

"Selamat pagi," ucap Andis yang baru saja masuk ke studio.

"Pagi," balas Nayla.

Mungkin karena masih anak baru dan giat bekerja, Andis datang terlalu pagi. Studio masih sepi, hanya ada Nayla di dalam sana, Andis melirik ke arah kursi yang kemarin Indri tempati.

"Nyari, Indri?" tanya Nayla sambil tersenyum jahat, sedangkan Andis hanya menggeleng.

"Dari kemarin gua perhatiin, lu curi-curi pandang mulu ke, Indri."

"Hahaha enggak kok, gua cuma iseng aja, soalnya cuma dia yang ga ketawa setiap kali kalian ketawa karena lawakan gua," balas Andis.

"Indri emang gitu, susah ketawa, tapi sekalinya ketawa ...." Nayla menghentikan ucapannya, Andis hanya diam, ia menunggu kata-kata lanjutan dari Nayla.

"Sekalinya ketawa?" tanya Andis penasaran.

"Cie penasaran hehehe, sekalinya ketawa, dia cantik banget," lanjut Nayla.

Sejujurnya Andis penasaran dengan wanita itu, entah apa selera humornya yang berbeda atau memang candaan Andis terdengar garing untuknya, yang jelas itu menjadi tantangan tersendiri bagi Andis untuk membuatnya untuk ikut tertawa bersama. Namun, entah mengapa, Andis tak bisa bercanda jika ada sosok Indri, entah itu sebuah rasa takut, malu atau apa pun itu, yang jelas Andis tak begitu dekat dengan Indri karena wanita itu seakan menutup dirinya sendiri.

Hari semakin siang, semua penghuni studio sudah hadir, mereka mulai bekerja. Ketika suasana tak terlalu sibuk, Andis mengambil tasnya dan mengeluarkan beberapa tangkai bunga mawar yang ia beli semalam, lalu membagikannya pada mereka semua.

"Dalam rangka apa nih, Dis?" tanya Ramzi.

"Menebar kebaikan," jawab Andis sambil berjalan memberikan mawar ke yang lainnya.

"Semoga harimu menyenangkan," ucap Andis sambil memberikan setangkai mawar itu pada Indri.

"Terimakasih," jawab wanita itu singkat.

"Kok, Indri doang yang dapet ucapan, Dis?" Nayla mengompori Andis dan Indri, masih dengan senyum jahatnya.

"Ya, baru kepikiran aja," balas Andis.

"Sumber inspirasi, ya? Hari ini ke--pikiran, besok ke--rumahnya," balas Nayla.

"Cemburu, Nay?" ucap Indri dengan tatapan yang sulit dimengerti.

"Enggak, cuma seru aja godain kalian," jawab Nayla. Jujur suasana studio agak berubah, suhu ber AC ini masih saja terasa panas.

"Nay, temenin gua belajar dong," ucap Andis memecah suasana yang terasa tak nyaman itu, semua mata tertuju padanya.

"Hah? Belajar apaan?" balas Nayla yang sangat-sangat heran dengan pertanyaan dadakan Andis.

"Belajar untuk menjadi yang terbaik buat kamu." 

Gombalan receh Andis membuat seluruh penghuni studio menggelengkan kepala sambil tersenyum, Nayla juga menggelengkan kepala sambil tertawa karena merasa Andis adalah orang yang unik.

"Lu dulu kuliah jurusan apa sih?" tanya Nayla heran.

"Sastra hati."

"Belajarnya nangkepin jangkrik ya? Krik krik krik gitu?" tanya Nayla.

Hati Yang Miris Dibalik Jiwa Humoris [TERBIT]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant