3 : Hilang

610 142 57
                                    

Terkadang manusia harus sampai pada titik kehilangan untuk mengerti arti sebuah kehadiran, kehilangan membuat manusia belajar untuk menerima dan mensyukuri  apa yang masih mereka miliki. Karena sejatinya manusia tidak pernah kehilangan apa pun dalam hidup ini. Mungkin hanya ditukar dengan sesuatu yang jauh lebih indah.

.

.

.

"Udah denger? Tentang barang-barang yang sering hilang secara misterius?" ucap seorang wanita dari tim kreatif.

"Katanya rekaman CCTV nangkep kalo barang-barang itu melayang dengan sendirinya?" tanya temannya.

"Ini tempat makin horor aja ya, serem ih," balas wanita pertama.

Kuping Andis sangat sensitif jika mendengar rumor tak sedap yang berkaitan dengan hal-hal berbau mistis. Ia melanjutkan langkahnya masuk ke studio, seperti biasa Andis datang lebih pagi, tetapi tak secepat Indri yang haus akan drama Kroya.

"Donlot film opung-opung Kroya lagi?" Andis berusaha membuka obrolan.

"Enggak, barangku hilang kemarin," ucap Indri yang sedang mencari sesuatu.

"Apa tuh? Mungkin bisa ku bantu?" 

"Enggak usah repot-repot, bukan hal yang penting," jawab Indri.

Hah? Bukan hal penting tapi kamu datang sepagi ini? Enggak ada satu pun wanita yang berada dalam kesulitan yang bisa membohongi Andis Sagara ini, cantik.

Sebenarnya Andis ingin membantu, tetapi ia tak berani. Andis takut maksud baiknya hanya membuat Indri merasa tak nyaman. Pada akhirnya, pria bertopi beanie itu memutuskan untuk keluar studio, sementara Indri masih sibuk mencari barangnya yang hilang. Sesekali gadis itu menatap punggung Andis yang mulai tertutup oleh pintu.

Andis berjalan menuju rooftop, di ujung anak tangga ia melihat anak tuyul yang sedang duduk sambil menghitung uang. Tuyul itu membawa dompet dan beberapa barang lain dengan tas ranselnya.

"Kayak si Ucrit, tuh? Tapi Ucrit tinggal di Jogja," gumam Andis pelan sambil berjalan ke arah Tuyul itu.

"Banyak nih duit," sindir Andis.

"Hehe iya dong," jawab tuyul cilik itu, tetapi tiba-tiba ia terdiam dan menoleh ke arah Andis yang sedang menatapnya, keringat dingin keluar dari tubuhnya, wajahnya pucat seperti habis melihat setan.

"O--o--oraaaang!" Tuyul itu berusaha kabur. Namun, Andis menarik kolornya hingga membuatnya hanya berlari di tempat.

Andis mengambil dompet yang tergeletak di lantai, ia membuka dan mengintip kartu tanda pengenal yang ada di dalamnya, kemudian menjitak kepala tuyul itu dengan dompet yang ia ambil. "Heh pencuri, balikin semua barang-barang yang kamu ambil," ucap Andis.

"Itu udah semua, ucapnya sambil menunjuk tas ransel yang ia bawa." Andis menarik tuyul itu ikut bersamanya, kemudian mengecek semua barang yang rata-rata adalah dompet.

"Kamu nyuri dari wanita berambut sepanjang punggung enggak? Namanya, Indri, kerjanya di studio," ucap Andis.

"Aku kerja bertiga, dan aku enggak pernah masuk ke studio," ucap Tuyul itu.

"Kamu siapa namanya?"

"Usro," jawab tuyul kecil itu dengan wajah ketakutan.

"Temen kamu yang dua lagi siapa?"

"Uchay sama, Ubray," jawab Usro.

"Yakin bukan Uchul namanya?" tanya Andis lagi.

"Yakin, Bang ...," jawab Usro lirih.

Hati Yang Miris Dibalik Jiwa Humoris [TERBIT]Where stories live. Discover now