4 : Yang Tumbuh Setelah Hujan

575 134 42
                                    

Indri sudah tiba di kosnya dan baru saja selesai mandi. Hujan semakin lebat di luar, ia mengambil ponselnya dan membuka sebuah aplikasi chatting yang sering digunakan orang-orang sebagai media cari jodoh. Bukan berarti ia benar-benar mencari pasangan. Semenjak pacarnya menghilang beberapa tahun lalu, Indri enggan membuka hati pada pria lagi, entah, mungkin sebuah trauma. Indri hanya suka bertukar cerita dengan orang random yang ia tak kenal, dan orang lain juga tak mengenalnya. Indri menekan tombol 'find' untuk mencari lawannya.

Tung!

Sebuah notifikasi masuk, ia mendapati seorang pria dengan foto profil siluet. Dari fotonya sepertinya orang ini gemar mendaki gunung, terlihat jelas dari latar background nya yang khas menampakkan keindahan puncak gunung. Pria itu terlihat mengenakan sebuah topi, tetapi Indri tiba-tiba memicingkan matanya ketika membaca username lawannya kali ini, namanya adalah Andis Sagara.

Kayak gua kenal nih orang.

"Halo," sapa Andis.

Indri hendak menekan tombol 'next' untuk mengganti lawan chatnya, tetapi ia mengurungkan niatnya. Jika dipikir-pikir, Andis tak tahu jika itu Indri, secara ia tak menggunakan nama asli dan ia juga hanya menggunakan foto profil berwarna putih dengan siluet seorang wanita yang tampaknya sedang menari, ia memutuskan untuk membalas chat Andis.

"Hai."

Mereka berkenalan, Indri mengaku bahwa namanya adalah, Savira. Sementara Andis Sagara benar-benar Andis yang ia tahu, pria bertopi yang bekerja satu ruangan bersamanya.

Duh, fakboi, batin Indri yang terus-terusan digombali oleh Andis.

"Lagi ngapain?" tiba-tiba saja pertanyaan monoton sejuta umat itu terlontar dari Indri.

"Lagi nunggu hujan," balas Andis.

"Lagi nunggu hujan, atau nunggu temen? Aku indigo loh!" Indri ingat betul, Andis berkata sedang ada urusan dan menunggu temannya pulang, Indri memanfaatkannya untuk berpura-pura bisa menerawang Andis.

"Mana ada! Temenku udah pada pulang semua, cie salah nerawang," jawab Andis.

Hah? Indri tampak bingung.

"Pasti lagi sibuk kan di kantor?" tanya Indri lagi.

"Mana ada, orang udah jam pulang," jawab Andis lagi.

"Terus kenapa enggak pulang?"

"Kan lagi nunggu ujan! Kamu nyuruh aku ujan-ujanan atau gimana?" Andis meniru ucapan Indri.

Apa dia sadar gua siapa? pikir Indri bingung.

"Ya maksudnya, emang enggak bawa payung?" tanya Indri lagi.

"Bawa," jawab Andis singkat.

"Terus?"

"Ku kasih temenku biar dia bisa pulang," jawab Andis.

Sontak Indri berdiri dan berjalan ke arah jendela depan, ia membuka gorden sambil menatap payung hitam yang berada di depan pintu kosnya.

 "Kamu lagi ngapain?" tanya Andis balik, tetapi Indri tak membalas pesan chatnya lagi.

***

Andis sedang duduk di depan pintu sambil menatap hujan yang semakin lebat, ia menatap layar ponselnya.

"Lah, ini cewek ngilang dah?" gumamnya sambil menatap layar ponselnya, ia menunggu balasan dari Savira beberapa menit, tetapi tak ada respon lagi dari wanita random itu.

"Tidur ya? Selamat tidur deh hehe," ucap Andis dalam chatnya.

Dah lah, skip aja, ga ada foto profilnya juga, nanti tau-tau sejenis monster kan bisa berabe, batin Andis.

Hati Yang Miris Dibalik Jiwa Humoris [TERBIT]Where stories live. Discover now