16. Night with You

157 23 0
                                    

21

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

21.17

"Anjir asli tiga jam? Sampe jam 11 dong?" cetus Arman. 

Karena tempat ini disewa oleh Farren, jadi cowok itu mengangguk. Pemilik tempat ini adalah sepupunya, anak dari adiknya ayah. Tidak ada yang tahu karena Farren juga merahasiakannya. 

"Biasanya cuma dua jam doang jir di sini," sahut Yoga. "Hoki banget dapet tiga jam."

"Harganya lebih mahal dong, soalnya beda gini," Abay menoleh pada Farren yang tengah menalikan tali sepatu futsalnya. "Kurang nggak duitnya? Kita patungan seharga dua jam soalnya."

"Aman kok, gue nego." Farren mengusap celana pendek futsal yang dia kenakan. 

Tepat sepuluh menit setelah obrolan itu, Farren dan teman-temannya bermain futsal. Seluruh anggota Abeng dan beberapa teman Farren dari SMK datang ke sini untuk bermain bersama. 

Farren ke sini untuk menenangkan pikirannya yang penuh. Akhir-akhir ini cewek dengan nama belakang Febriani memenuhi pikiran Farren. Khawatir, gelisah, rasa penasaran, dan rasa ingin tahu tentang cewek itu. 

Meza penuh dengan misteri. Teka-tekinya sulit Farren pecahkan sendiri. Dia korban dari kelakuan berengsek Ghazi dua tahun silam, tetapi kenapa cewek itu seperti biasa saja di hadapan Farren dan tidak menanyakan perihal siapa Ghazi padanya?

Bugh!

"REN!" 

Saat teman-temannya menjerit terkejut karena bola bliter menghantam perut Farren, cowok itu hanya terdiam kaku ditempatnya tanpa mengatakan apa-apa. 

"Bro, lo nggak apa-apa? Sorry, gue nggak sengaja," sesal Saka. Dia adalah salah satu anggota Abeng dan teman Farren di SMK. 

"Bego." Abay mengumpat saat Farren jatuh pingsan hingga menubruk tubuh Saka. 

Cowok yang tidak makan sudah tiga hari itu sekarang tumbang di tengah-tengah lapangan. 

****

"Coba digerakin badannya. Kalau diem terus gitu lama sembuhnya," omel Mami. "Udah mau seminggu, udah kelas 11 seharusnya lebih rajin sekolahnya. Bukan malah sakit-sakitan begini." 

Meza kira hanya butuh waktu tiga hari untuk istirahat, ternyata sampai satu minggu lamanya badan Meza tidak kunjung sehat. Berat badannya kian turun, mungkin selain sakitnya ini semua juga dikarenakan pikirannya. 

Berat badannya yang semula 65 kg kini hanya 60 kg saja. Turun 5 kg dalam waktu seminggu. Nafsu makannya pun hilang, padahal sudah semua makanan yang dia suka maminya beli atau kadang dibuatkan. 

"Maaf," lirih Meza.

Mami tidak menjawab apa-apa. Dia merapikan nakas meja Meza. Dia melihat nampan berisi makanan yang masih berisi makanan tadi siang. 

"Capek-capek bikin makanan di makan juga enggak. Gimana mau minum obatnya," sungut Mami. 

Dengan wajah yang pucat Meza menggelengkan kepalanya. "Nggak nafsu makan. Makanannya nggak ada rasa," ungkap Meza.

RationemWhere stories live. Discover now