14.

135 21 0
                                    

SHS adalah sekolah internasional yang cukup—atau bahkan sangat terkenal di daerah Jakarta Selatan. Butuh waktu sekitar 30 menit untuk sampai ke sekolahnya karena jaraknya memang bisa dibilang cukup jauh dari rumah. 

Ghazi turun dari besarnya. Dia masuk ke salah satu kafe depan SHS yang cukup ramai. Di sini biasanya dia menongkrong dengan teman-temannya. Dia menyugarkan rambutnya dan mengedarkan pandangan ke sekitar, mencari keberadaan teman-temannya.

"Ghaz!" Salah satu temannya menyeru sambil melambaikan tangan padanya. 

Ghazi mengambil langkah besar dan berjalan menghampiri teman-temannya. Cowok itu bertos dengan mereka sebelum duduk di pojok, dekat dengan jendela. 

"Yang lain ke mana?" tanya Ghazi, dia menatap satu per satu teman-temannya yang hanya berlima saja, termasuk dirinya. 

"Ridho anter nyokapnya ke bandara. Kalau Dario sih, lagi nganterin pacarnya," jawab cowok dengan tampang manis. Sebut saja Yama. 

"Nih, Ghaz. Sesuai pesanan." Nah, yang ini namanya Aryo. Cowok Jawa yang kalem dan ramah. Tubuh tinggi semapai dan kacamata adalah ciri khasnya. Oh, tidak lupa rambut tipis yang modis. 

"Makasih," ucap Ghazi, menggeser gelas kopinya. 

"Lo ngapain ajak kita ke sini?" tanya temannya yang lain, Firlan namanya. 

"Soal turnamen itu … siapa yang ngacau?" tanya Ghazi langsung pada intinya. "Yang sama anak SMK PP."

"Bukan gua," sahut Bara. Cowok dengan luka jahit di dagunya itu menyesap nikotin dengan nikmat sambil bersandar pada kursi. 

"Yang katanya ada perjanjian itu?" tanya Aryo. 

"Iya, siapa yang ngacau. Ada yang tau?" tanya Ghazi. 

Keempat temannya menggelengkan kepala, pertanda tidak ada yang tahu. Ghazi mendengkus sebal, dia meraih cangkir kopinya dan meminumnya sedikit. Andai saja ini bukan salah satu syarat dari Farren untuk mendapatkan kontak Meza, dia tidak mau! 

Farren memang menyukai olahraga bola sedari dulu. Cowok itu sering ikut turnamen dan selalu menang. Namun kali ini belum lomba sudah didiskualifikasi karena tidak memenuhi syarat dan pihak sekolah juga melarangnya. 

Bola adalah hal yang Farren cintai. Juga, hal yang Farren benci. Mungkin

"Bukannya udah kelar lama tuh turnamen? Sekolah kita juara pertama, duanya SMA Graha. Ketiganya siapa, ya? Gue lupa," papar Yama. 

"Emang ada masalah apa deh, sampe SMK PP didis?" tanya Firlan. 

Ghazi mengangkat kedua bahunya. Dia juga tidak yakin dengan semuanya, tetapi apa yang Farren sampaikan padanya dia sampaikan kembali pada teman-temannya.

"Gini caranya berarti ada yang usil. Nyari mati dah," sahut Bara. "Siapa, ya? Gua jadi penasaran."

"Zais, co." 

Keempat cowok tampan itu menoleh pada Aryo yang tengah menunduk. Sepertinya dia baru saja mendapatkan informasi karena diantara mereka memang Aryo yang cepat mendapatkan, menampung dan mengetahui informasi. 

"Zais? Kelas mana?" tanya Ghazi. 

"Bahasa 3. Dia ambil kelas Inggris sama Jerman. Sama si Reno berarti," jelas Aryo. 

"Udah failed belum tuh, info? Nanti yang ada fitnah," tanya Yama yang diangguki oleh yang lainnya.

Aryo berdecak, "Yaelah si anjing kagak percaya banget. Nih, liat!" Dia menunjukkan layar ponselnya yang berisikan ruang obrolan dia dengan kontak bermana "Gudang Info". 

RationemWhere stories live. Discover now