2. Pertemuan ke dua : Maling Mie Instan

187 20 0
                                    

"Orang yang tidak akan membiarkan kamu terinjak adalah dirimu sendiri."

****

"Maksud lo apa, anjing?"

Meza berdiri tidak terima mendengar ucapan Mada—Ketua OSIS SMA Padjajaran—yang secara tiba-tiba menghampirinya dan berkata bahwa Meza adalah Gadis Misterius yang mengikuti aksi tawuran kemarin.

Semua orang tahu bahwa Mada Bayanaka adalah musuh Meza Febriani. Mereka selalu berseteru sejak pertama Meza masuk sekolah. Tepatnya ketika cewek itu memasuki masa MPLS. Meza adalah satu-satunya siswi yang sering mendapatkan hukuman.

"Kalau bukan, kenapa harus marah?" Mada memalingkan wajahnya dan tersenyum miring. Dia kembali menatap Meza dan berkata, "Mau bukti ...."

"Nggak usah gangguin adek gue bisa?"

Seseorang datang dari arah belakang. Matanya menggunakan kacamata serta rambutnya tertata rapi. Di dada kanannya tercantum nama Gevan Kastara. Di lengan kanannya ada lokasi sekolah serta kelas dan lengan kirinya ada logo SMA Padjajaran.

Gevan menatap Meza lalu ketiga teman adiknya itu. Terakhir tatapan beralih pada Mada.

"Lebih baik lo pergi," usir Gevan dingin. "Dia nggak ikut tawuran. Gue bisa jamin itu."

"Apa yang bisa buat kita jamin kalau Meza nggak ikut tawuran?" tanya salah satu penghuni kantin yang duduk di dekat meja Meza dan teman-temannya.

"Gue bisa jamin karena gue Abangnya. Dia ada bareng gue waktu kejadian," jawab Gevan. "Kalau nggak ada bukti jangan menyimpulkan sesuatu."

"Dasar sampah," sambung Gevan saat berjalan melewati Mada.

****

"Kenapa lo belain gue?" tanya Meza.

Cewek itu baru keluar dari kamar mandi dengan handuk yang masih menggulung rambutnya. Dia pergi ke kamar Abangnya untuk bertanya perihal kejadian hari ini. Tidak biasanya cowok itu akan membelanya.

Gevan yang sedang belajar tidak menjawab. Tangannya beralih mengambil kertas soal yang lainnya untuk dia isi. Hal ini membuat Meza berdecak sebal.

"Kalau ada orang ngomong dijawab dulu kek. Punya kuping, kan?" cibir Meza.

"Nggak akan lagi," ujar Gevan.

"Apanya yang nggak akan lagi?" tanya Meza.

"Belain lo," Gevan menolehkan kepalanya dan berkata, "Kalau gak suka."

"Gue ada bilang nggak suka?" Meza menaikan satu alisnya. Lengan cewek itu bersandar di kusen pintu. Menatap abangnya yang mulai membuka laptop. "Padahal jelas-jelas gue nggak ada di rumah pas kejadian," cetusnya.

Gevan meliriknya beberapa saat, setelah itu dia kembali fokus pada laptopnya. "Emang lo seneng dipermalukan di depan banyak orang kayak tadi?" tanya Gevan.

"Gue bisa lawan," balas Meza. "Tuh cowok emang selalu nyari gara-gara sama gue! Dari awal gue masuk kelas 10 nyebelin banget sumpah!"

Nada Meza begitu tidak suka. Gevan tahu itu. Mada adalah teman satu angkatannya yang masih menjabat Ketua OSIS selama dua tahun berturut-turut. Mungkin karena kinerja cowok itu bagus atau karena dia anak Guru yang menjadikan sosok Mada sedikit sombong.

RationemWhere stories live. Discover now