19

195 14 0
                                    

Malam ini Bian sedang berada di sebuah kafe yang terletak tak jauh dari rumahnya. Ia sedang menunggu Gandi, Dafa, dan Farel.

Pandangan Bian kosong. Ia tidak tahu mengapa akhir-akhir ini pikirannya sangat kacau balau. Tak lama kemudian, teman-teman Bian datang dan berjalan mendekat ke arah Bian.

"Lo kenapa? Ngelamun aja," ucap Farel.

"Ntah," jawab Bian acuh.

"Gue tau, pasti ini semua ada hubungannya sama Rani kan? Saran gue sih lo ngaku aja sama dia kalau lo punya rasa lebih," sahut Gandi.

"Bener tuh, daripada lo kayak gini terus. Nggak enak dilihat."

Bian berfikir sejenak. Apakah saran dari Gandi harus ia lakukan? Tapi bagaimana jika Rani akan memarahinya? Entahlah, Bian akan mencoba mengungkapkan perasannya esok hari.

*****

Rani sudah bersiap di depan rumahnya. Seperti biasanya, ia sedang menunggu Irfan menjemput. Tak lama kemudian, mobil hitam milik Irfan muncul di depan rumahnya.

"Udah nunggu lama?" tanya Irfan.

"Nggak kok, gue juga barusan siap."

"Oh."

Sepanjang perjalanan hanya ada keheningan diantara mereka berdua. Tidak seperti biasanya. Irfan beberapa kali mencuri pandang ke arah Rani, seperti ingin mengatakan sesuatu namun ragu-ragu.

"Lo kenapa? Ada yang mau diomongin ke gue?" Akhirnya Rani bersuara.

Irfan mengangguk. "Gue mau nyatain perasaan gue ke lo. Gue sayang banget sama lo, apa lo mau jadi cewek gue?" ucap Irfan dengan menatap kedua mata Rani.

Pipi Rani memerah. Bibirnya tidak lagi mampu berucap. Hanha ada anggukan kepala yang mewakilkan jawaban Rani. Irfan tersenyum, lalu memegang tangan kanan Rani.

"Makasih ya, gue janji akan jagain lo."

"Iya. Makasih juga karena lo hadir di hidup gue," ucap Rani.

Suasana SMA Kertajaya sudah ramai. Rani turun dari mobil Irfan dan berjalan masuk ke dalam sekolahnya. Senyum Rani terus mengembang, ia sudah tidak mampu lagi menutupi rasa bahagianya.

Bian menghampiri Rani, ia memegang tangan Rani agar langkahnya terhenti. Rani menyiritkan dahinya. Ia tidak tahu maksud Bian.

"Kenapa?" tanya Rani jutek.

"Gue mau ngomong sama lo," jawab Bian.

"Ngomong mah ngomong aja kali. Kayak nggak biasanya aja. Ada apa memangnya?"

Bian menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskan dengan perlahan. Saat ini, jantungnya berdetak dua kali lebih cepat. Bian membuka bibirnya, tapi rasanya sangat sulit untuk mengucapkan itu semua.

"Gue suka sama lo," kata Bian.

"Hah? Sejak kapan lo suka sama gue? Bukannya lo benci banget gue karena sikap gue? Jangan main-main Bian, nggak lucu sama sekali," jawab Rani dengan ekspresi terkejut.

"Gue nggak bohong. Gue serius."

"Gue nggak suka sama lo. Gue juga udah punya pacar. Jadi stop ganggu gue," tolak Rani secara kasar.

BIANTARA [Completed] ✔Where stories live. Discover now