41: Dunia milik berdua

148 12 0
                                    

"Memang benar kata orang. Jika kita jatuh cinta, maka dunia serasa milik berdua."

***

Seluruh kelas dua belas sedang melangsungkan ujian sekolah. Rani sangat senang karena ia bisa tidur selama seminggu di rumah. Sungguh, ini adalah kesempatan emas yang harus dimanfaatkan.

Ponsel Rani berbunyi--itu adalah panggilan dari Bian. Dengan segera, Rani langsung mengangkat panggilan itu.

"Halo, kenapa?"

"Jalan yuk? Gue bosen banget dirumah," ucap Bian.

"Kemana?"

"Terserah. Gue jemput jam sembilan ya. Cepetan mandi terus siap-siap."

Belum sempat Rani menjawab, sambungan telfon itu sudah terputus. Rani segera meletakkan ponsel dan memilih baju. Ia sangat kebingungan ketika memilih baju, ini yang selalu dialaminya ketika hendak pergi keluar.

"Kok kamar kamu berantakan?" ucap Ratih.

"Iya, nanti Rani beresin kok. Ini lagi cari baju buat pergi sama Bian," jawab Rani tanpa menoleh ke arah mamanya.

"Oh, yaudah."

Jam menunjukkan pukul sembilan lebih lima menit. Bian sudah berada di ruang tamu rumah Rani. Namun, Rani tak kunjung selesai berdandan.

"Sorry udah nunggu lama," ucap Rani.

"Nggak papa kok. Kita berangkat sekarang yuk? Mana Tante Ratih? Gue mau minta izin," tanya Bian.

"Nggak usah, tadi gue udah minta izin sama mama. Mungkin mama sibuk ngurusin kerjaan."

Mulut Bian membentuk huruf O lalu mengangguk dan berjalan keluar dari rumah Rani.

***

Bian mengajak Rani ke sebuah restoran mewah yang terletak di tengah Jakarta. Sedari tadi, Rani tidak paham maksud Bian mengajaknya makan disini.

"Tumben ngajak makan disini," ucap Rani.

Bian terkekeh. "Nggak papa, sekali-kali ngajak makan calon jodoh di tempat yang bagusan dikit. Oh iya, sekalian gue kenalin sama papa dan mama gue, ya?"

"Hah?" jawab Rani terkejut.

"Kenapa?"

Rani menatap Bian. "Pakaian gue tuh cocoknya untuk main bukan ketemu sama orang tua lo."

Bian memegang kedua tangan Rani. "Udah nggak papa. Mereka orangnya santai kok."

"Beneran?"

Bian mengangguk.

Mereka berjalan dengan bergandengan tangan hingga menuju sebuah meja yang cukup besar. Disana, Rani melihat papa dan mama Bian yang sedang asyik mengobrol. Jantung Rani mulai berdetak tidak wajar.

"Gue takut," bisik Rani.

"Santai aja. Mereka nggak gigit kok."

BIANTARA [Completed] ✔Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt