8

330 23 3
                                    

Bian berangkat ke sekolah tepat pukul enam pagi, ia berangkat pagi karena ada jadwal latihan bersama starlight. Bian dan teman-temannya akan menjalani pertandingan dalam waktu dekat ini, ia harus fokus terhadap pertandingan.

Bian tidak sengaja bertemu dengan Rani di kooridor, ia menetap Rani cukup lama. Rani menatap Bian sekilas, lalu pergi meninggalkan Bian karena masih sakit hati dengan ucapannya waktu itu. Bian hanya mematung di tempat, ia tidak tahu harus berbuat apa.

"Ngelamun aja," ucap Gandi sambil menepuk pundak Bian.

"Ngagetin aja," jawab Bian.

"Lo kenapa ngelihat Rani kayak gitu? Udah mulai jatuh cinta sama dia ya?" tanya Gandi dengan menyenggol lengan Bian. Bian tidak menjawab, ia langsung pergi meninggalkan Gandi sendirian. "Dasar kampret."

Rani duduk di bangkunya, kelas ini masih sepi dan hanya ada dirinya saja. Ia memasang earphone ke telinganya, Rani tidak suka suasana sunyi seperti ini. Ia menatap ke arah lapangan yang sudah banyak anak-anak starlight berlatih, matanya terfokus pada Bian. Cowok itu terlihat sangat tampan dan cool.

"Nggak, lo nggak boleh mikir gitu. Sadar Rani sadar," ucap Rani dengan menggelengkan kepalanya.

Starlight sudah selesai berlatih, Rani berpura-pura tidak melihat mereka. Bian menatap Rani yang sedang berada di dalam kelas dan menatap ke arah lapangan. Bian berpikir, apakah ia harus meminta maaf sekarang? Tapi bagaimana jika Rani tidak memaafkannya? Akhirnya Bian memutuskan untuk menghampiri Rani.

Rani melihat Bian yang semakin mendekat ke arahnya, entah mengapa jantung Rani berdegup kencang. Ia mencoba untuk tidak salah tingkah dan bersikap biasa saja.

"Gue mau ngomong sesuatu," ucap Bian dengan menatap Rani.

"Ngomong aja," jawab Rani cuek.

Bian mengurungkan niatnya, ia malas jika ditanggapi cuek dengan cewek ini. Bian langsung membalikkan badan dan pergi dari kelas Rani, ia malas berbicara dengan cewek sombong seperti Rani.

"Dih? Katanya mau ngomong. Dasar cowok nggak jelas," ucap Rani kesal.

Pelajaran berlangsung sangat membosankan, Bian tidak bisa fokus terhadap materi yang disampaikan guru. Pikirannya masih fokus kepada cewek itu, Bian bingung harus bersikap apa. Apakah ia harus meminta maaf dengan tulus?

Sementara itu, Rani sedang berada diluar kelas karena guru mata pelajarannya tidak datang hari ini. Rani sibuk mendiskusikan kostum yang akan dikenakan mereka selama bernyanyi, mereka harus tampil maksimal dan cantik.

"Gimana, ini bagus nggak?" ucap Rani sembari menyodorkan foto model baju yang akan mereka pakai.

"Gucci?" tanya Emil. Rani mengangguk cepat.

"Gue sih oke aja," jawab Insha dan disusul anggukan kepala oleh Fina. Rani tersenyum lebar, akhirnya urusan kostum sudah selesai.

Insha dan Fina sibuk menyusun dekorasi panggung untuk mereka bernyanyi, mereka ingin tampil maksimal dan memukau agar bisa mendapat juara. Sedangkan Rani, ia sibuk melamun menghadap ke arah lapangan yang sepi.

Bel istirahat berbunyi, Rani berjalan menuju rooftop untuk menyusul teman-temannya. Saat ditengah perjalanan, Rani tidak sengaja menabrak seorang lelaki yang ada dihadapannya. Rani bersyukur karena bekalnya tidak jatuh.

"Lo lagi? Nggak puas ganggu gue?" tanya Rani dengan menatap Bian.

"Siapa yang ganggu lo?"

"Lo nggak nyadar? Lo ngehalangin jalan gue!" ucap Rani.

"Kan ini jalanan umum, lagian salah lo sendiri kenapa nggak lihat-lihat. Dasar cewek nggak jelas," balas Bian lalu pergi.

Rani hanya diam, ia mencoba meredam emosinya. Rani tidak habis pikir mengapa ia terus bertemu dengan Bian, mengapa dunia ini sangat sempit?

BIANTARA [Completed] ✔Onde histórias criam vida. Descubra agora