48: Jadi bagaimana?

145 10 0
                                    

"Jadi, tetap bertahan dan melanjutkan atau hanya sampai disini saja?"

***

Rani membaca surat yang ada di dalam kotak itu.

Hai, maaf gue harus nyampaikan ini lewat surat. Bukan karena gue takut ngomong langsung, tapi pasti lo akan pergi duluan. Gue cuma mau ngomong, gue sayang banget sama lo. Dan tentang Syifa, maaf gue belum bisa jelasin karena gue belum siap. Gue emang nggak pandai buat kata-kata, tapi gue paksa nulis ini karena lo. Lo adalah alasan gue bahagia.

Rani menutup surat yang ditulis diatas kertas warna putih itu. Tangannya beralih mengambil surat kedua yang dibalut pita berwarna merah muda.

Jadi gimana? Kita tetap lanjut bersama atau berhenti sampai disini? Gue nggak mau bikin lo semakin sakit hati sama gue. Gue juga nggak mau lihat lo nangis karena Syifa. Tapi gue berharap, semoga hubungan ini bisa berlanjut sampai nanti.

Rani terdiam cukup lama. Ia tidak tahu harus memutuskan apa. Disisi lain, Rani tidak ingin terus dibohongi tentang Syifa. Tapi disisi lainnya, ia masih sangat mencintai Bian.

***

Rani keluar rumah dengan berpakaian ala casual. Ia ingin bertemu dengan Irfan dan menanyakan pendapat dirinya. Walaupun sudah mantan, tidak harus bermusuhan kan?

Irfan sudah menunggu Rani di Kafe Pelangi tepat di bangku nomor tujuh. Rani mengunci mobilnya dan bergegas berjalan mendekat ke arah Irfan.

"Ada apa?" tanya Irfan to the point.

"Gue mau minta saran aja sih. Btw, gue nggak ganggu waktu lo, kan?"

Irfan menggeleng.

"Jadi gini, Bian minta maaf sama gue dan gue bingung harus nanggepin apa. Disisi lain gue sayang banget sama dia, tapi disisi lain juga gue capek dibohongin."

"Saran gue, coba kalian perbaiki komunikasi. Kalian juga harus memahami satu sama lain lebih dalam. Jangan hanya karena masalah sepele ini, hubungan kalian jadi berantakan," jawab Irfan dengan menatap Rani.

Benar, Rani dan Bian harus menurunkan ego masing-masing dan mencoba berkomunikasi yang lebih baik.

***

Bian duduk di taman rumahnya. Ia sedang kedatangan tamu yang tidak diharapkan, yaitu Syifa. Saat ini Syifa sedang asyik mengobrol dengan mamanya. Maklum saja, mereka sudah tidak lama bertemu.

"Bian, kamu kok nggak ngajak Syifa ngomong sih? Kamu kan sudah lama nggak ketemu sama dia," ucap Eni.

"Bian capek."

Eni mengusap pundak Bian. "Nggak boleh gitu. Kalian harus ngomong ya?"

"Hm."

Syifa duduk di sebelah Bian. Ia menebarkan senyum manisnya. Sedangkan Bian, ia hanya diam dan mengalihkan pandangannya. Bian juga berharap semoga waktu ini cepat berlalu.

"Lo kenapa cuek sama gue? Beda banget sama yang dulu," ucap Syifa.

"Gue rasa, lo udah tau artinya. Jangan kebanyakan basa-basi, gue nggak suka," jawab Bian tanpa melihat ke arah Syifa.

BIANTARA [Completed] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang