4

390 31 0
                                    

Hari yang ditunggu-tunggu Rani telah tiba, hari ini adalah pertandingan pertama antarsekolah yang akan dilaksanakan di SMA Kertajaya. Rani berangkat ke sekolah dengan perasaan bahagia, ia tidak sabar melihat starlight kalah dan Bian akan diledeki semua murid SMA Kertajaya.

Saat Rani tiba di sekolah, disana sudah banyak murid SMA Krida yang datang untuk menyaksikan. Rani berjalan melewati beberapa orang, ia tidak suka berdempetan seperti ini. Rani takut ada kuman yang menempel di tubuhnya.

"Finally, gue sampai di depan kelas," ucap Rani dengan menghembuskan nafas panjang.

Rani masuk ke dalam kelasnya, disana sudah ada ketiga teman-temannya yang sedang memoleskan bedak ke wajah mereka.

"Kok kalian udah sampai sih?" tanya Rani kebingungan.

"Kita berangkat bareng, Ran," jawab Fina dengan menatap Rani yang sedang meletakkan tas di kursi.

"Kok nggak bilang gue?"

"Lagian lo sih, dari semalam ditelfonin nggak diangkat. Salah sendiri," protes Insha lalu Rani hanya mengangguk saja.

Rani dan teman-temannya keluar dari kelas karena pertandingan akan segera dimulai, senyum di bibirnya tidak bisa pudar. Suasana sekeliling lapangan sudah sangat ramai, banyak siswi yang mendukung Bian dan ketiga temannya.

Rani melihat langkah demi langkah Bian, lalu tersenyum licik. Bian berhasil mencetak tiga skor berturut-urut, Rani hanya diam. Ia tidak ingin berkata apapun, karena Rani tahu jika starlight akan kalah telak.

Pertandingan telah usai, starlight menang telak atas SMA Krida. Senyum di bibir Rani memudar, ekspetasinya tidak sesuai dengan realita. Tangannya memukul kawat pembatas lapangan, mengapa starlight harus menang? Rani melihat banyak siswi yang sedang mengantre foto dengan Bian dan ketiga temannya.

"Dih, gitu aja banyak yang ngajak foto. Gue mah ogah banget," ucap Rani dengan ekspresi jijik.

Bian dan teman-temannya berjalan menuju tepi lapangan. Bian melihat Rani yang sedang uring-uringan sendiri, ia mengajak teman-temannya untuk lewat di depan Rani.

"Akhirnya, kita menang ya," ucap Bian di depan Rani.

"Halah, baru menang sekali aja udah sombong. Lihat aja, pertandingan selanjutnya lo bakal kalah, karena tim lo tuh nggak jago," sahut Rani dengan penuh penekanan.

"Lo tuh anak baru masuk kemarin, tahu apa? Jangan asal ngomong!" bentak Bian yang membuat Rani terdiam. Rani tidak pernah dibentak seperti ini sebelumnya, ucapan Bian menusuk dan merobek hatinya.

"Nggak usah kasar bisa nggak?"

"Gue kasar? Kasar mana sama lo? Perempuan kok kayak gini kelakuaannya," ucap Bian lalu pergi.

Rani mematung, kakinya seolah tidak dapat melangkah. Tubuh Rani kaku, ia masih terngiang-ngiang dengan ucapan Bian tadi. Ia tidak terima diperlakukan seperti ini, Rani akan mengadu ke guru BK agar menindak lanjuti kasus ini.

Rani berjalan ke dalam kelas, hari ini tidak ada pelajaran apapun. Semua murid hanya ditugaskan untuk mendukung starlight yang sedang bertanding. Rani memainkan ponselnya, ia melihat instagram pribadinya. Disana, ia melihat banyak anak yang berfoto dengan Bian lalu di-upload ke instagram.

"Sok keren banget emang," ucap Rani kesal.

"Siapa sok keren?" ucap lelaki bersuara berat yang ada di hadapan Rani. Ia mendongakkan kepalanya, ternyata itu Bian.

"Ngapain lo kesini? Di depan bangku gue lagi, pergi sana!" usir Rani sembari mendorong punggung Bian agar keluar dari kelasnya.

"Lo siapa berani ngusir gue?"

"Lo nggak kenal gue? Gue anak donatur tertinggi di sekolah ini, lihat aja habis ini lo bakal masuk BK!" ucap Rani lalu pergi.

Bian hanya diam, ia sedang mencerna ucapan Rani. Apakah benar semua yang diucapkan Rani? Entahlah, Bian tidak takut dengan semua kata-kata yang keluar dari mulut Bian.

Bel pulang sekolah berbunyi, Rani sudah tidak ada di area sekolah. Ia sudah pulang dari tadi, seusai mengadu kepada Bu Dani tentang Bian. Sementara Bian, ia masih harus berlatih basket dengan teman-temannya.

"Eh, Bi. Lo dipanggil Bu Dani ke ruang BK sekarang," ucap salah satu siswa dengan mendekat ke arah Bian.

"Yoi, makasih ya." Bian berjalan menuju ruang BK, apakah ini maksud dari ucapan Rani tadi? Tangan Bian mengepal, mengapa ia harus mengenal gadis tidak waras itu?

Bian mengetuk pintu ruang BK, lalu dipersilahkan masuk ke dalam dan duduk. Jantung Bian berdetak lebih cepat dari biasanya, ia belum pernah masuk ke ruangan ini sebelumnya. Bu Dani menatap Bian seolah menyimpan seribu pertanyaan untuknya.

"Maaf bu, ada apa ya ibu manggil saya kesini?" tanya Bian dengan sopan dan tersenyum.

"Kamu tahu kesalahan kamu?" tanya Bu Dani.

"Enggak bu," jawab Bian enteng.

"Kamu habis merobekkan rok dan membuat Rani tidak nyaman berada di sekolah ini?" Bian sudah menduga, pasti semua ini gara-gara Rani. Ia hanyalah anak kelas sepuluh yang masih manja.

"Maaf bu, tadi saya nggak bermaksud begitu. Rani yang cari gara-gara dulu sama saya," ucap Bian.

"Masa Rani cari gara-gara sama kamu? Ibu mau, besok kamu minta maaf pada Rani. Karena dia adalah anak pengusaha kaya yang menjadi salah satu donatur di sekolah ini, kamu bisa Bian?" ucap Bu Dani dengan menatap Bian yang melamun.

"Em, bisa bu. Kalau gitu saya permisi dulu ya, sudah dipanggil pelatih soalnya," ucap Bian lalu pergi.

Latihan hari ini sudah selesai, Bian memasukkan seragam sekolahnya ke tas hitam miliknya. Ia berjalan menuju parkiran dengan lesu, Gandi menatap Bian yang tidak seperti biasanya. Gandi penasaran dengan apa yang terjadi dengan Bian.

"Lo kenapa? Masalah BK tadi?" tanya Gandi dengan menatap Bian, lalu kepala Bian mengangguk dengan sendirinya.

"Iya, gue ditegur Bu Dani katanya disuruh minta maaf sama Rani," jawab Bian.

"Adik kelas yang waktu itu?"

"Iya," ucap Bian.

"Udah nggak apa, jalanin aja. Besok gue, Farel dan Dafa pasti nemenin lo kok. Semoga lo nggak naik darah ya," ucap Gandi dengan tertawa keras, lalu mengendarai motornya.

Rani sedang duduk di tepi kolam renang rumahnya sambil mengecek sosial medianya, ia terkejut ketika ada notifikasi dari instagram Bian. Dahi Rani menyirit, apa yang sebenarnya terjadi pada Bian hingga mengiriminya pesan?

"Buka nggak yah? Nggak usah aja deh, biar aja dia kacang nggak ada yang jawab. Makanya jangan berani sama gue," ucap Rani dengan menatap layar ponselnya.



Halo, part 4 sudah selesai nih. Gimana? Makin greget sama Rani dan Bian nggak? Kalau aku sih pgn cepet-cepet update kisah mereka hehe.

Jangan lupa share ke teman-teman kalian yang suka baca wattpad maupun pecinta kisah teenfiction yaa, juga jangan lupa vote dan komen yang buanyak biar aku semangat terus buat update. Dan juga membantu cerita ini banyak yang baca hehe ❤

Bantu 100 pembaca ya! Ditunggu <3

---Happy Reading gays---

BIANTARA [Completed] ✔Donde viven las historias. Descúbrelo ahora