14 : Strategi.

978 92 5
                                    

Alangkah menyenangkannya ketika matahari pagi mulai terbit. Alam pun mulai bernapas kembali, dan orang-orang bangun dari tidurnya. Begitu juga Rindra dan Mira.

"Kamu udah bangun?" tanya Rindra.

"Iya" jawab Mira.

"Apa kamu lapar? Di aula masih ada sisa makanan buat hari ini" ucap Rindra.

"Enggak, aku belum lapar. Kamu aja yang makan dulu kalau mau" sahut Mira.

"Aku juga belum lapar. Tapi kamu keliatan lemas, lagi sakit?" tanya Rindra khawatir di sini saja" jawab Mira.

"Kamu ngomong apa sih?" ujar Rindra.

"Sebenarnya, mustahil bagiku untuk bertahan" sahut Mira.

"Tau gak? Aku kagum sama kamu yang punya mental baja. Misalnya saat jatuh, kamu gak pernah ngeluh" ucap Rindra.

"Rindra, aku selalu menyukaimu" kata Mira sambil tersenyum manis.

"Jadi perasaan kita sama, ya?" tanya Rindra.

"Iya" jawab Mira.

"Akhirnya aku bisa mengatakannya, udah cukup" kata Mira sambil membaringkan kepala di pundak Rindra.

"Gak bisa begitu, kamu harus tetap hidup, Mira! Jangan nyerah! Bukannya kamu selalu bangkit saat terjatuh?" ujar Rindra.

Rindra lalu melepas sebuah gelang yang ia pakai dan memakaikannya di pergelangan tangan Mira.

"Gelang? Buat apa, Rin?" tanya Mira.

"Suatu saat kamu pasti akan membutuhkannya!" jawab Rindra.

"RINDRAA! MIRAA!" ucap Pak Bagas dengan lantang dari arah pintu rooftop.

"Kenapa, Pak?" tanya Rindra.

"Ayo, kalian berdua makan dulu, berhenti pacarannya" ujar Pak Bagas dengan sedikit guyonan.

"Pak, apaan sih?" sahut Mira yang tersipu malu.

"Hehehe, yuk cepat makan" ajak Pak Bagas.

Mereka bertiga kemudian menuju aula untuk makan bersama.

Saat sedang makan, beberapa anak sedang asyik mengobrol satu sama lain. Salah satunya Kevin, Rangga, Dimas, dan Aryo. Namun, entah dari mana pertanyaan yang keluar dari bibir Dimas membuat mereka seketika terdiam.

"Apa kita akan tinggal di sini terus? Stok makanan akan segera habis. Kapan bantuan akan datang?" pertanyaan Dimas membuat ketiga temannya berhenti makan.

"Apa kita harus keluar dari sini?" tanya Aryo.

"Hah! Keluar?" sahut Kevin terkejut.

"Iya, kita keluar. Mungkin pasukan khusus gak ada yang melihat kita di sini. Salah satu cara adalah kita harus pergi dari sekolah ini buat cari bantuan! Siapa tahu, masih banyak orang yang selamat di luar sekolah ini" jelas Aryo.

"Apa yang dibilang Aryo benar. Kalau kita terus nunggu di sini, hanya akan membuat kita mati kelaparan" sahut Rangga.

"Itu mungkin ide yang bagus, tapi apa murid lainnya dan Pak Bagas setuju?" ujar Kevin.

"Coba kita tanya dulu ke Pak Bagas" ucap Dimas.

"Baiklah" sahut Kevin.

"PAK BAGASS!" panggil Kevin dengan suara lantang.

"Iya? Kenapa, nak?" tanya Pak Bagas.

"K-kita..." ucap Dimas gugup.

Belum sempat Dimas menyelesaikan pembicaraannya, Kevin langsung memotongnya.

Survive In School [REVISI]Where stories live. Discover now