52 | Ada Apa Dengan Bara?

137K 11.2K 403
                                    

[WARNING! Wajib play lagu di atas biar lebih manteup feelnya]

________

Di sinilah mereka, kedai bubur langganan Bara. Istrinya tidak juga menjawab apa keinginannya. Naqiya justru fokus pada jalanan yang Bara yakini dirinya jauh lebih indah daripada jalanan yang macat ini.

Begitu juga bayi mereka, dia tidak memberikan jawaban untuk papanya yang menyedihkan itu. Alhasil Bara yang memutuskan kemana mereka akan makan.

Bara memesan dua porsi bubur ayam spesial, dimakan di tempat. Ditambah dua teh hangat, satai usus, dan ati ampla. Wah, makanan enak kesukaan Bara.

Pria itu mengaduk makannya. Ya, Bara tipe manusia yang makan bubur ayam diaduk dulu. Sementara Naqiya lebih suka bubur ayam itu rapi, tidak terlihat berantakan karena diaduk, Naqiya bilang mual kalau melihat bubur yang sudah diaduk, membuatnya tidak berselera.

"Doa dulu," ucap Bara pada Naqiya yang langsung melahap bubur itu. Ah, Naqiya lupa membaca doa.

Seusai membaca doa, suapan bubur itu masuk ke mulut Naqiya. Begitu juga dengan Bara. Pria itu makan bubur tapi tatapannya fokus ke Naqiya. Beruntung bubur tersebut tidak cari masalah dengan acara tumpah.

Naqiya sangat menyukai satai usus, tapi sayangnya di kedai tersebut hanya tersisa satu buah.

Dan itu untuk Bara.

Bara tahu rasanya tidak lengkap pasti memakan bubur ayam tanpa satai usus bagi Naqiya. Tapi dia sengaja melakukan itu.

"Mau?" Tanyanya, memberikan satai usus tersebut pada Naqiya.

Naqiya mengangguk, serius sangat hampa memakan bubur ayam tanpa satai usus. Seperti makan sop tanpa garam, hambar.

"Buka mulut kamu," ucap Bara. "Gigit," tambah Bara.

Naqiya mengernyitkan keningnya. Apa susahnya Bara memberikan keseluruhan satai usus kesukaannya itu kepada Naqiya?

Naqiya lebih memilih menggeleng lalu kembali makan bubur tanpa usus.

Tiba-tiba satai usus tersebut ada di depan mulutnya, Bara menyodorkan satai tersebut agar langsung digigit Naqiya. Wanitanya itu tidak perlu memegang tusuk satainya.

"Gigit coba." Ucap Bara. "Diabisin ya," tambah Bara.

Naqiya mendengus tapi tetap menggigit satai usus tersebut. Demi kebaikan rasa buburnya dan kebahagiaan perutnya.

Jadilah Naqiya sekarang makan sambil sesekali menggigit satai usus yang ada di tangan Bara tersebut. Tangan Bara setia menopang tusuk satai itu. Sampai bubur ayam milik Bara terabaikan begitu saja.

Kasihan sekali bubur ayam Bara. Keburu dingin sehingga rasanya akan cepat berubah. Tapi masa bodo dengan buburnya, dingin panas Bara tidak peduli, toh dia akan tetap menyantapnya, yang penting istrinya tidak harus memegang tusuk satai sambil memegang sendok.

Entah ada apa dengan Bara, dirinya benar-benar berubah. Menjadi sangat hangat dan sangat berlebihan begini pada Naqiya. Seperti bukan pria seumurannya, malah justru terlihat seperti laki-laki seumuran Naqiya yang baru mengenal cinta.

Seusai satai usus itu habis, barulah Bara memakan buburnya yang tadi dia abaikan. Serius, sudah dingin. Tapi tidak apa, yang penting adalah Naqiya, bukan buburnya, pikir Bara.

Setibanya di rumah, lagi-lagi Bara bersikap sangat aneh. Menganggap dan memperlakukan Naqiya seperti ratu di rumah itu.

Bagaimana tidak? Bara langsung menggulung lengan kemejanya, kemudian pria itu bahkan mempersilakan Naqiya untuk mandi dan membersihkan badan terlebih dahulu.

Bayi DosenkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang