[WARNING 18+]
________
Mata Naqiya mengerjap, sedikit terbuka yang kemudian tatapannya bertemu dengan tatapan Bara di sana. Bisa Naqiya rasakan telapak tangan Bara yang sedari tadi digunakan untuk mengelus rambutnya itu kini berpindah ke pipi Naqiya setelah menyadari istrinya itu sudah terbangun.
"Pagi, Sayang," Sapa Bara pada Naqiya yang masih menyesuaikan matanya dengan cahaya lampu.
Posisi Naqiya saat ini sangat dekat dengan Bara. Keduanya berhadapan, hanya terpisah sedikit oleh perut Naqiya yang buncit. Namun, wajah keduanya sangatlah dekat.
Naqiya menarik dirinya, sedikit menjauh dari Bara kemudian wanita itu menguap. Naqiya masih mengantuk, tapi Bara sedari tadi mengganggunya agar Naqiya bangun dan bisa menunaikan solat subuh berjamaah dengan pria itu.
"Euunggh..." Naqiya mengulet sembari mengucek matanya. "Pagi, Mas."
Jantung Bara seakan berhenti mendengar itu. Apa yang Naqiya bilang tadi? Naqiya menyebutnya dengan apa? Mata Bara melebar, jantungnya kini berdebar-debar tak menentu. Benar-benar Bara ini seperti anak remaja yang baru mengenal cinta.
Tangan Bara menarik tangan Naqiya pelan sehingga kini ibu hamil itu bisa menghadapnya langsung dengan tatapan bingung.
Apa-apaan Bara main narik-narik tangannya?
"Kamu tadi manggil saya apa?" Tanya Bara, masih tidak percaya dengan itu.
"Mas," jawab Naqiya. "Mas Bara." Lanjutnya dengan malas. Demi Tuhan dirinya masih mengantuk.
"Di sini cuma kita berdua loh, Naqiya, nggak ada orang lain," Sahut Bara lagi. Pria itu masih tidak percaya dengan Naqiya yang mulai sedikit melunak padanya. Sampai-sampai Naqiya kini merubah panggilan untuknya. Bara mengingatkan Naqiya kalau saja perempuan itu lupa di kamar hanya mereka berdua saja. Karena biasanya Naqiya akan memanggilnya begitu ketika ada orang lain.
Mas Bara.
Terdengar menyenangkan di telinga Bara. Panggilan itu membuat hatinya menghangat, apalagi keluar dari bibir istrinya sendiri.
"Terus kenapa?" Tanya Naqiya lagi. Wanita itu mulai kesal.
Bara kali ini terdiam. Masih mencerna isi pikirannya Naqiya.
Naqiya yang tak kunjung mendapat jawaban karena Bara masih terkesima alias tidak percaya dengan perubahannya alias SALTING, kini berdecak kesal, "Udah suka-suka saya aja manggilnya nggak usah ribet," ketusnya.
Naqiyapun sudah mulai mengomeli nya meskipun tidak banyak. Bara benar-benar terkesima dengan istrinya itu. Langsung saja Bara menggeser tubuhnya hingga memeluk ibu dari bayinya itu.
"Naqiya," bisik Bara pelan dekat telinga wanita itu, "Terima kasih ya, saya seneng."
"He-em..." Balas Naqiya. "Saya juga makasih buat semalem."
Bara terkekeh, kemudian tangannya ke arah perut Naqiya untuk mengelus perut buncit istrinya itu. "Nggak perlu makasih, saya juga seneng kok tidur sambil meluk kamu. Seneng banget malah, justru saya yang makasih sama kamu." Jawab Bara dengan bangganya. Dia juga mencurahkan isi hatinya yang sebetulnya juga bahagia.
"Bukan itu," sahut Naqiya.
Loh?
Kalau bukan terima kasih atas permintaan mengidam yang dituruti Bara semalam lalu apa?
"Saya makasih udah ngasih alamat ke Rasel," Jawab Naqiya lagi.
Oalah.
Bara manggut-manggut. Dirinya paham yang Naqiya maksud adalah wanita itu bahagia atas kedatangan Rasel dan teman-temannya. Barapun mengerti kalau Naqiya butuh support system dari lingkungannya, bukan hanya dari Bara seorang saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bayi Dosenku
General Fiction[CERITA DIPRIVATE, FOLLOW DULU SEBELUM BISA BACA LENGKAP!] "Kamu sakit atau... hamil?" "Kalaupun saya hamil, anak ini tidak akan hidup lama, Bapak tau karena apa?" Gadis itu melangkah pelan mendekati Bara, "Karena saya akan menggugurkannya." ✨✨✨ Naq...