39 | Sempitnya Dunia

138K 11K 522
                                    

"DASAR TANTE TANTE GIRANG!" Gerutu Naqiya. Saat ini dirinya berada di dalam toilet wanita. Beruntungnya di dalam toilet itu tidak ada seorangpun.

Bagaimana bisa kalimat tante-tante itu begitu menohok hatinya? Mulutnya memang tidak pernah disekolahkan ya? Atau jangan-jangan wanita itu kebanyakan menelan cabai?!

"Coba aja nggak ada Pak Bara," Naqiya bermonolog dengan dirinya sendiri, "Udah aku jambak tuh rambutnya!" tambahnya.

Dirinya tidak terima oleh perkataan Bina tadi. Jelas-jelas itu sangat menghina perempuan hamil itu. Namun, Naqiya tidak bisa berbuat apapun. Dia takut menghancurkan hari bahagia milik temannya Pak Bara ini.

"Sudah?" Tanya Bara ketika melihat Naqiya berjalan ke arahnya. Naqiya mengangguk.

Suasana hatinya tidak baik saat ini, mungkin karena pengaruh kehamilannya juga sehingga membuat mood swings Naqiya begitu parah.

"Tadi itu Gilang, teman saya," Bara melirik Naqiya yang duduk di sampingnya, "Dia sekarang jadi tentara," ujarnya.

Naqiya hanya mengangguk.

"Kamu nggak makan?" Tanya Bara pada wanitanya itu.

Naqiya menggeleng, "Nggak, Pak."

"Ambil di sana itu banyak makanan. Kamu 'kan belum sarapan," ujar Bara.

Lagi-lagi Naqiya hanya menggeleng.

Bara menyipit melihat Naqiya yang berbeda ini. Ada apa dengan Naqiya? Tadi wanita itu tidak seperti ini. Adakah yang merusak suasana hati istrinya itu?

"Kamu kenapa?" Tanya Bara. Yang lagi-lagi dijawab dengan gelengan Naqiya.

"Nggak papa kok, Pak."

Nggak papa apanya? Istrimu ini loh Pak abis dihina 'perempuan nggak bener' sama tante-tante girang tadi, Batin Naqiya.

"Teman-teman saya ada yang nyinggung perasaan kamu?" Tanya Bara menerka-nerka.

IYA! Lebih tepatnya si tante-tante itu!

"Nggak ada kok, Pak."

"Omongan Bina nyinggung kamu?" Tanya Bara yang menerka-nerka lagi. Dirinya penasaran apa yang terjadi pada istri cantiknya itu.

IYA PAKKK!!! SEBENTAR LAGI BAPAK BENAR!

"Yang bilang kenapa kamu manggil saya 'pak' itu?" Lanjut Bara.

Ah, meleset jauh, Bung!

Tebakan Bara tidak sesuai dengan realita sehingga Naqiya lagi-lagi hanya menggeleng. Kalau saja Bara bisa menebaknya dengan tepat, pasti Naqiya akan menceritakan.

Bara mengehela napasnya, "Saya bukan cenayang, Naqiya," ujarnya. "Nggak bisa nebak-nebak kamu kenapa."

Perempuan, malas menjelaskan dirinya kenapa dan ingin prianya peka terhadap apa yang terjadi pada dirinya. Sementara tingkat kepekaan pria sangat minim.

Fakta itu membuat Bara pusing.

"Dibilang saya nggak papa," Naqiya mengelus perutnya, dirinya harus terlihat baik-baik saja ketimbang suaminya ini ribet bertanya-tanya.

"Kalo nggak papa ya sana makan, isi perut kamu," ujar Bara.

Naqiya menggeleng, "Nggak, Pak, belum laper saya tuh."

Tiba-tiba Bara berdiri dan mengajak istrinya itu mengambil makanan. "Ayo saya antar," Tangannya meraih tangan Naqiya mencoba mengajak wanita itu, "Apa mau saya ambilkan?"

Bayi DosenkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang