75 | Confession

137K 12.4K 1.2K
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



[WARNING! Wajib play playlist Raisa—Bahasa Kalbu]

_______

Pagi datang dengan matahari yang sangat percaya diri menyapa penghuni bumi. Iris kecokelatan yang pupilnya mengecil karena tak kuasa mengadaptasikan cahaya itu melihat sekelilingnya. Suasana kamar asing yang jelas sekali bukan kamarnya itu membuat Bara tersadar kalau ternyata kondisi kesehatannya membuat dirinya harus opname di rumah sakit.

Posisi tangannya tak sengaja menyenggol sesuatu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Posisi tangannya tak sengaja menyenggol sesuatu. Fokus matanya langsung berubah. Dilihatnya, istrinya itu tertidur di sana, beralaskan tangannya sendiri yang menumpu kepalanya di sebagian ranjang itu.

Pergerakan kecil bisa dirasakan oleh Bara, sepertinya istrinya itu sudah bangun. Buru-buru Bara menidurkan kembali tubuhnya dan berpura-pura bahwa dirinya masih terlelap. Semoga saja Naqiya tidak menyadari kalau Bara sudah terbangun lebih dahulu.

"Mas Bara belum siuman," Gumamnya dengan perasaan sedih. Apa sesakit itu 'kah yang dirasakan Bara?

Naqiya menggenggam telapak tangan Bara dan membawanya ke pipi kanannya sebagai penopang. "Mas kalo udah bangun nanti kita makan-makan. Saya masakin semuanya, apapun itu," Ujarnya pelan.

"Jangan makan-makan deh, Mas pemulihan nggak boleh makan macem-macem. Kita nonton aja kali ya?" Gumam wanita itu lagi.

"Hmm..." Naqiya berpikir sejenak, "Apapun deh yang Mas mau, yang penting siuman dulu ya," Suara yang keluar dari ranumnya bibir Naqiya itu begitu lembut.

Naqiya menyadari tidak ada tanda-tanda Bara akan terbangun itu menghela napasnya. Dirinya sudah merindukan Bara. Belum dua puluh empat jam Bara terlelap padahal.

"Mas Bara," Panggilnya. "Mas kemaren nanya saya sayang nggak sama Mas 'kan?"

Kemudian hening, tidak ada balasan dari Bara. Sementara Naqiya menimang-nimang harus mengatakannya atau tidak. Ego dalam hatinya mengatakan untuk tidak menyatakannya. Sedangkan jiwa malaikatnya mengatakan untuk jujur. Toh, Bara juga belum siuman, tidak mungkin pria itu mengingat apa yang Naqiya ucapkan.

Bayi DosenkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang