The Sameness Within The Change |21| |As Always|

4.2K 404 23
                                    

Hai readers!

I'm back!

Don't forget to vote, comment, and share ya!

Happy reading!

Thank you!

***

Cedric muncul dari kamar mandi dengan baju operasi biru yang menempel dengan pas di tubuh kekarnya. Ia menghampiri Veila yang duduk di tepi ranjang queen size di ruangan pribadinya, "kamu tunggu di sini ya, Mi Amor."

Veila mengangguk namun mata birunya menatap Cedric dengan kagum. Kekasihnya yang tinggi tegap itu selalu tampak menawan dengan baju operasi seperti ini. Andaikan saja, ia bisa melihat Cedric mengoperasi, maka Cedric pasti akan terlihat semakin keren.

Cedric membuka kulkas pribadinya dan mengambil satu botol air mineral, sekaligus membukanya. "Minum ini jika kamu haus, Mi Amor." Diletakkannya minuman itu di meja. "Jika kamu butuh sesuatu, hubungi Dominic. Meskipun dia seorang pria, tetapi aku lebih percaya kepadanya."

Cedric mendekat sambil menatap Veila dengan lembut, namun penuh keseriusan. "Jika kamu perlu berjalan dengan bantuannya, kamu bisa memegang tangannya. Itu lebih baik daripada terjadi sesuatu kepadamu."

Di rumah sakit ini, hanya Dominic Scott lah rekan kerja yang benar-benar Cedric kenal. Tidak sedekat dengan Allard dan Veila tentu saja, tetapi Cedric cukup tau Dominic adalah orang yang baik, terlebih Dominic adalah dokter yang merawat Veila.

Veila kembali mengangguk. Bibirnya membentuk sebuah senyuman manis, penuh pengertian. "Terima kasih, Boo." Lantas ia sedikit mendorong pinggang Cedric. "Sana pergilah. Pasien menunggumu."

Cedric menahan tangan Veila dan menggenggamnya. Ia kembali menghadap Veila seraya mengusap rambut wanita itu dengan tangannya yang lain. "Biarkan aku mengucapkan satu kalimat lagi."

Veila tersenyum manis. "Itu sudah satu kalimat, Boo."

"Maaf membuat kencan kita harus terhenti di tengah jalan," sahut Cedric langsung karena waktu yang terus mengejarnya. Saat ini pasiennya seharusnya sudah mulai dianestesi. 

Veila menggeleng. "Ini adalah resikoku berhubungan dengan dokter dan aku sama sekali tidak masalah. Terlebih, sepertinya kata-kataku turut andil menjadi penyebabnya."

"Jadi dr. Wood, cepatlah menyelamatkan nyawa orang," lanjut Veila sambil mendorong Cedric menjauh dengan sekali sentakan.

Cedric membuka pintu ruangannya sebelum berbalik sekilas. "Aku pergi dulu." Setelah mendapat jawaban dari Veila berupa kibasan tangan, Cedric keluar dengan cepat.

Veila tersenyum lebar mendengar suara derap langkah Cedric, lebih tepatnya suara lari kekasihnya itu.

Mata biru Veila masih menatap pintu yang ditutup Cedric. "Setelah mendengar alasanmu menjadi dokter, bagaimana mungkin aku keberatan dengan ini, Cedric? Bahkan tanpa alasan itu pun, aku tetap tidak keberatan."

***

Veila menghela napas lega lalu merenggangkan tubuhnya. Menunggu Cedric mengoperasi hingga berjam-jam membuatnya memilih melakukan pekerjaannya.

Karena jika Veila bekerja sekarang, maka waktunya nanti bisa ia gunakan untuk Cedric, me time, atau hal lain.

Senyum tersungging di bibir Veila begitu matanya menangkap sebotol air mineral yang dibukakan Cedric. Tidak menunggu lama, ia kembali meminum air yang tersisa setengah botol itu. Tidak sampai tandas karena dirinya tidak terbiasa minum banyak. Oleh karena itu, kedua orang tuanya, Allard, dan Cedric sering mencecarnya.

The Sameness Within The Change [COMPLETE]Where stories live. Discover now