18

52.4K 1.7K 40
                                    

Janu

Aku menatap pada gedung yang ada di hadapanku dengan perasaan bimbang. Aku menghembuskan nafas kasar seraya mengacak - ngacak rambutku dengan putus asa. Sama sekali tidak mengerti dengan diriku sendiri karena bisa terprovokasi dengan ucapan mama yang langsung membuatku pusing setengah mati.

Mata ku kembali melotot menatap pada gedung yang ada di depanku, memantapkan hati atas tindakan yang sebentar lagi akan ku lakukan.

Di dalam gedung yang ada di hadapan ku, ada sosok wanita yang selama beberapa bulan ini tidak bisa berhenti aku pikirinkan. Wanita yang tanpa aku sadari, mampu memperondak rondakkan hatiku.

Aku memejamkan mata, sebelum akhirnya kembali menghembuskan nafas kasar.

Dengan gerakkan cepat aku membuka pintu kemudi, lalu berjalan masuk ke dalam gedung yang ada di hadapanku, sebelum setan - setan kecil yang selama beberapa bulan ini kembali mengambil alih pikiranku.

---------------------------------------------------------------------------------------------
Hanna

Aku melangkah keluar dari kamar mandi dengan cepat karena mendengar suara bel pintu yang sudah di tekan berulang kali, sepenuhnya menghiraukan rambut basahku yang belum kering.

"Iya sebentar..." aku berteriak ketika kembali mendengar suara bel berbunyi, dengan tergesa - gesa aku berjalan menuju pintu.

Saat aku membua pintu dan melihat siapa orang yang ada di baliknya membuat aku terpaku selama beberapa detik - detik.

Aku mengerjap beberapa kali hingga akhirnya tersadar, "Mas Janu..."

Mas Janu tersenyum kaku "Hai..."

"Mas Janu kok tau nomor kamarku?" Aku masih memandang mas Janu dengan pandangan horor. Sudah hampir 3 bulan lebih aku tidak melihat lelaki yang ada di hadapanku ini. Tentu saja kedatangan nya secara tiba - tiba membuatku sedikit agak syok.

Apa lagi mengingat bagaimana secara tidak sengaja aku mendengar tante Ranti menerima panggilan dari mas Janu tadi sewaktu makan malam di restoran membuatku sedikit sakit hati.

"Aku kenal sama manager hotelnya. Sorry..." Mas Janu terlihat sedikit salah tingkah, dia berulang kali mengusap lehernya.

"Mas Janu mau ngapain?"

"Boleh aku masuk?"

Aku berdehem. Secara tiba - tiba merasakan detak jantungku memompa lebih cepat. Sedikit heran dengan tubuhku yang masih bereaksi seperti ini mengingat apa yang sudah terjadi.

"Mas Janu mau ngapain? Kamar orang tua ku di sebelah mas. Aku takut ketahuan sama mama"

Mas Janu tersenyum tipis menatapku "Mas pengen ngomong sesuatu sama kamu. Sebentar aja, setelah itu mas pulang"

Aku memandang mas Janu cukup lama, akhirnya aku menghembuskan nafas pasrah menggesar tubuhku agar mas Janu bisa masuk ke dalam.

Mas Janu tersenyum lebar ketika melihat gerakanku, "Makasih Na..." ujar mas Janu pelan ketika berjalan melewatiku masuk kedalam kamar.

Aku berjalan di belakang mas Janu, aku memperhatikan penampilannya yang terlihat sedikit berbeda hari ini. Mas Janu memakai kaos hitam polos yang di lapisi jaket jeans berwarna biru yang mana jarang aku melihatnya berpenampilan seperti itu.

Aku lebih sering melihat mas Janu memakai kemeja atau hanya menggunakan kaos saja tanpa luaran. Penampilan mas Janu malam ini terlihat lebih muda dari umurnya.

Ketika Aku Jatuh CintaWhere stories live. Discover now