1

181K 2.5K 35
                                    


ATTENTION

INI CERITA 21+++++
JADI PLEASE BUAT KALIAN YANG MERASA BELUM CUKUP UMUR ATAU MERASA BAHWA CERITA INI BUKANLAH GENRE KALIAN, TOLONG MENJAUH! PENULIS DENGAN GENRE APAPUN PATUT UNTUK DI HARGAI KARYANYA.
------------------------------------------------------------------------

"Na, mbak bisa minta tolong nggak sama kamu?" Mbak Vera datang menghampiriku yang sedang membantu mama mencuci piring.

"Minta tolong apa mbak?"

Terdengar suara helaan nafas dari Mbak Vera "Mbak rasanya gak tega Na buat balik ke Surabaya melihat kondisi mama yang down kaya gini. Tapi mbak juga gak bisa terlalu lama ada di sini. Sedangkan mas Janu sama sekali gak bisa diharapin."

Aku menatap mbak Vera, sama sekali belum paham pertolongam jenis apa yang sedang dia butuhkan saat ini.

"Kamu mau gak Na, tinggal di rumah buat temani mama? Gak lama kok Na, paling lama sebulan. Mbak minta tolong banget sama kamu" Mbak Vera menatapku dengan pandangan memelas, bahkwan dia memegang tanganku tanpa peduli dengan banyaknya sabun pencuci piring yag sedang kupegang.

Ada perasaan berkecambuk dihatiku antara mengatakan iya atau tidak, aku menatap mama yang juga sedang menatap kearahku. Mama tidak mengatakan apapun, tapi raut wajahnya menyiratkan agar aku menerima permintaan dari mbak Vera.

Aku beralih menatap mbak Vera, akhirnya aku tersenyum, lalu mengangguk "Iya mbak. Aku gak keberatan kok."

Mbak Vera tersenyum senang, dia meraih bahuku lalu memelukku. "Makasih banyak ya Na. Makasih... banget, Mbak gak tau lagi kalau gak ada kamu" Aku hanya diam, tak bisa membalas pelukan mbak vera karena busa sabun cuci piring masih berlumur ditanganku.

***

Aku memindahkan beberapa baju dan juga barang-barang yang kubutuhkan ke dalam tas travel.

Hari ini adalah hari pertama aku akan tinggal sementara waktu di rumah tante Ranti. Tante Ranti baru kehilangan suaminya beberapa hari lalu. Kesedihan masih jelas mendera dirinya.

Mbak Vera putri bungsu tante Ranti bertambah sedih melihat ibunya yang masih belum rela kehilangan ayahnya. Mbak Vera sudah berulang kali membujuk tante Ranti agar ikut bersama dirinya ke Surabaya. Dimana, kota itulah yang menjadi tempat mbak Vera dan keluarga kecilnya tinggal.

Namun tante Ranti menolak. Alasannya dia tak tega meninggalkan Jagad cucu tante Ranti dari anak pertamanya yang memang tinggal bersamanya di Jogja.

Sebenarnya aku tidak terlalu suka dengan ide tinggal di rumah tante Ranti. Entah mengapa, dari dulu memang aku tidak begitu suka tinggal di rumah keluarga.

Tante Ranti adalah sepupu mama. Kami bukanlah keluarga inti, Tapi mama dan tante Ranti memang sangat dekat. Itu juga yang membuatku nyaman dengan keluarga tante Ranti. Terutama mbak Vera, walaupun selisih umur kami 8 tahun.

Walaupun aku nyaman dengan keluarga mereka, itu tidak membuatku jadi sering untuk menginap di rumah mereka. Aku hanya akan berkunjung saat weekend dan akan pulang ke kostku pada malamnya. Aku sudah tiga setengah tahun merantau di Jogja, tapi baru menginap sebanyak dua kali di rumah mereka.

Aku menutup resleting tas travel yang sudah berisi beberapa pakaian dan juga barang pribadiku. Dengan perasaan lelah aku berjalan kearah meja belajar mengambil laptop dan juga beberapa buku untuk dimasukkan ke dalam handbag.

Aku merenggangkan otot-otot tubuhku, lalu berjalan kearah kasur merebahkan tubuhku di atasnya sambil memainkan handphone milikku.

Aku membuka aplikasi whatsapp, melihat beberapa chat yang masuk. Ada dari mama yang menanyakan keadaanku dan bertanya kapan aku akan tinggal untuk sementara waktu di rumah tante Ranti.

Ketika Aku Jatuh CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang