2

100K 2.1K 28
                                    

Aku mengusap rambut Jagad yang sudah terlelap. Aku tadi sempat menemaninya bermain sebentar hingga pada akhirnya dia mulai mengantuk dan meminta agar aku menemaninya tidur.

Sejujurnya, aku tidak terlalu suka dengan anak - anak. Ada dua tipe anak - anak yang sering aku hindari.

Pertama, anak-anak yang didekati langsung menangis. Ini adalah tipe anak - anak yang paling kubenci. Jika sekali saja aku mendekati anak - anak dan dia langsung menangis, aku tidak akan pernah mau lagi mendekati dirinya. Tipe yang kedua adalah anak-anak malu tapi mau. Ini jenis anak - anak jika kita dekati dia akan menunjukkan wajah malu-malu, sehingga kita harus merayunya terlebih dahulu sampe akhirnya kita berhasil mendekatinya. Dan aku adalah tipe orang sangat malas merayu, kalau dia tidak mau ya sudah. Aku akan meninggalkannya. Peduli mampus kalau setelah itu dia akan terus menerus melirikku.

Dan Jagad bukan tipe dari kedua anak yang sering kujumpai. Aku sangat ingat pertama kali bertemu dengan Jagad, waktu itu aku datang ke Jogja karena mengikuti ujian test masuk universitasku saat ini. Aku datang seorang diri, mama menyuruhku untuk menginap di rumah tante Ranti dan itu kali pertama aku menginap di rumah ini. Saat itu Jagad berusia belum genap satu tahun, sedang rajin - rajinnya merangkak ke sana kemari hingga membuat om Pandu dan tante Ranti kewalahan.

Aku sedang duduk disofa ruang tamu dan Jagad datang menghampiriku, dia berusaha berdiri dengan bantuan memegang kedua lututku, ketika berhasil dia tertawa senang yang akhirnya membuatku tersenyum lalu membawanya ke dalam gendongan, memberikannya ciuman bertubi-tubi hingga dia tertawa.

Aku tersenyum mengingat hal itu, aku kembali mengusap rambut Jagad, memperbaiki selimut yang membungkus tubuhnya.

Aku beranjak dari kasur, menyalakan lampu tidur lalu mematikan lampu utama. Dengan perlahan, agar tidak menimbulkan suara aku keluar dari kamar Jagad menuju kamar yang aku tempati selama.

Ketika hendak memasuki kamar yang akan aku tampati, aku berpapasan dengan mas Janu yang baru saja keluar dari kamar dengan pakaian rapi. Aku mengerutkan dahi melihat penampilannya.

Mas Janu yang tersadar bahwa aku sedang memperhatikannya lalu menatapku "Jagad sudah tidur?"

Aku tersenyum tipis Lalu mengangguk "Mas Janu mau pergi?"

"Ya"

"Mau kemana malam malam begini?" Aku langsung menyesali pertanyaanku ketika melihat wajah terkejut mas Janu.

Ya bagaimana tidak aneh, kami tidak sedekat itu. Jadi ngapain juga aku peduli dengan kegiatannya.

"Urusan laki - laki."

"Oh... aku masuk dulu kalau gitu mas" Ujarku salah tingkah dan langsung berjalan masuk ke dalam kamar.

Aku berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan diri, mencuci wajah dan menggosok gigi, juga mengganti bajuku dengan pakaian tidur. Lalu aku berjalan ke arah meja rias memakai skincare rutinku.

Ketika aku memakai eye cream, aku mendengar suara handphone milikku yang berbunyi, tanda bahwa ada panggilan masuk. Aku buru-buru melanjutkan pemakaian step terakhir skincare sebelum berjalan ke arah tempat tidur dimana handphone milikku berada. Ketika aku memeriksanya, panggilan sudah berakhir. Dari mbak Vera.

Dengan segera aku menghubunginya balik, pada deringan kedua mbak Vera mengangkatnya.

"Maaf mbak gak diangkat. Nanggung. tadi lagi pake eye cream" aku nyengir sedangkan mbak Vera mendengus membuat aku tertawa.

"Investasi mbak. Biar tetap cantik waktu tua"

"Uang lebih ampuh untuk mencegah penuaan dini"

Ketika Aku Jatuh CintaWhere stories live. Discover now