14

64.1K 1.6K 66
                                    

"Anjing si bapak..!!! Kemarin katanya bab 3 gue udah oke Bisa langsung masuk bab 4, sekarang suruh revisi bab 3. Kan taik...!!!" Laura yang berada di sampingku sibuk menggerutu karena sikap dosen pembimbing kami yang tidak konsisten.

"Udah tua Lau si bapak, maklumin ajalah" aku dan Laura berhenti di depan lift, menunggu lift naik.

"Temanin ke perpus yuk cari bahan" Aku mengangguk menyetujui ajakan Laura karena memang ada buku yang juga sedang aku cari.

"Lo udah punya pacar ya sekarang?" Tiba - tiba Laura bertanya ketika kami sedang jalan menuju perpustakaan.

"Emang kamu pernah lihat aku jalan sama cowok?" Aku menatap Laura sekilas yang pandangannya tetap lurus ke depan.

"Engga sih... tapi belakangan ini lo jarang banget kumpul bareng kita. Alasannya gak jelas lagi apaan. Bukan lo banget"

Aku tertawa kecil, memang akhir - akhir ini aku sangat jarang pergi bersama teman - temanku karena lebih banyak menghabiskan waktu bersama mas Janu.

"Ya aku kan sekarang tinggal di rumah saudara Lau, gak enaklah sering - sering keluar." Aku kembali menuturkan alasan yang sering ku buat jika menolak ajakan teman - temanku.

"Kok lo bisa betah sih tinggal di rumah saudara gak bisa kemana - mana gitu. Kalau gue sih ogah yahhh.... Btw, bukannya dulu lo bilang bakal tinggal sebulan aja? Ini udah lebih gak sih?"

Emang iya. Aku sudah tinggal di rumah tante Ranti hampir 2 bulan lebih dan ingin selama mungkin berada disana, ternyata aku senang tinggal disana, selain karena tante Ranti memang baik, ada mas Janu juga.

"Tente ku baik Lau... jadi hemat juga. Lumayan bisa nambah - nambah uang jajan skincare" aku nyengir menatap Laura sedangkan wanita itu hanya menatap ku sinis sambil berdecak.

Ketika sudah sampai di perpustakan, aku dan Laura berpencar, mencari buku masing - masing.

Aku tidak terlalu lama mencari buku, saat hendak mencari keberadaan Laura, aku merasakan gawai yang berada di kantong celanaku bergetar. Dengan segera aku mengangkatnya "Iya mas?"

"Tadi ke kampus jadi naik Ojol?"

"Iya jadi mas. Mas udah di apartemen?" Aku berusaha mengecilkan suaraku agar tidak terlalu berisik.

"Belum. Mas jemput kamu ya. Sejam lagi mau nunggu?" Seharusnya aku bisa saja mengatakan langsung ke apartemen dan menunggunya di sana, namun rasa ingin menghargai karena mas Janu mau menjemputku, maka aku mengiyakan saja ajakan mas Janu.

Laura datang menghampiri tepat ketika sambungan telepon antara aku dan mas Janu selesai "Gue udah selesai nih. Lo udah belum?"

"Udah nih.." aku menunjukkan buku tebal yang ada ditangan ku.

"Cabut yuk..."

"Eh, duluan aja Lau. Aku di jemput sama sepupuku"

Tiba - tiba Laura menatap jahil ke arah ku "Jadi kamu pacaran sama sepupumu yang duda itu?"

Aku berdecak kearah Laura "Apaan sih gak usah aneh - aneh deh..."

"Ah gak usah bohong deh lo" Laura menyenggol bahuku "Iya juga gakpapa kok. Yang berpengalaman emang lebih nikmat. Gue suka pilihan lo"

"Apaan sih, udah sana pergi" aku mendorong bahu Laura menjauh dariku, Untung saja Laura kali ini sedikit menjaga perilakunya karena kami berada di perpustakaan, biasanya temanku yang satu itu ini selalu memiliki kelakukan ajaib.

Ketika aku melihat Laura sudah menghilang dibalik pintu lift, aku berjalan menuju ruang baca, mencari - cari tempat kosong yang bisa ku duduki.

Aku masuk ke dalam ruang baca yang paling sepi, hanya terdapat satu orang yang sedang fokus dengan laptop yang ada di hadapannya. Aku mengenalnya, dia salah satu katingku, pernah beberapa kali mengambil mata kuliah yang sama dan pernah sekali sekelompok juga.

Ketika Aku Jatuh CintaWhere stories live. Discover now