20

51.7K 1.6K 31
                                    

Aku mengerutkan dahi bingung ketika melihat rute jalan yang di ambil oleh mas Janu adalah menuju rumah tante Ranti alih - alih kostku.

"Kita antar Jagad dulu baru aku antar kamu pulang" Aku hanya diam saja tidak berkomentar apapun.

Sesampainya dirumah tante Ranti mau tak mau aku ikut turun, rasanya tidak enak jika aku hanya menunggu di dalam mobil.

Aku berada di sana sekitar 3 jam, bahkan aku ikut makan malam sebelum akhirnya mas Janu mengantarku pulang.

"Tadi kenapa gak langsung antar aku duluan sih? Mas kan jadi bolak balik pulangnya"

"Mas pengen lebih lama bareng sama kamu" aku mendengus, namun lain halnya dengan hati ku yang berbunga - bunga.

"Tadi kenapa pengen cepat pulang?"

Aku menatap sekilas pada mas Janu yang juga sedang menatapku "Aku kurang nyaman sama teman - teman mas Janu"

Mas Janu mengangguk tanda mengerti "Mereka aslinya baik kok. Mungkin karena kamu baru pertama kali bertemu dengan mereka, nanti lain kali saya akan coba untuk kenalin kalian lebih dekat."

"Bukan karena itu..." aku menatap ragu ke arah mas Janu "Mereka teman - teman mas yang di maksud Chyntia kan?"

Aku melihat mas Janu menatapku terkejut, sebelum akhirnya menghembuskan nafas kembali menatap jalanan.

"Maaf mas... aku gak bisa berhenti gitu aja lupain semua" Aku menunduk memilin jari - jariku yang ada di atas pangkuan.

"Aku ngerti, maaf aku gak tau kalau efek kebejatan ku bakal berdampak buruk ke pasanganku nantinya"

Aku hanya diam masih enggan mengangkat pandangan. Aku tidak tau perasaan apa yang sedang ku hadapi, rasa bersalah karena tidak bisa menerima teman - teman mas Janu, atau rasa bahagia karena mas Janu menyebut aku sebagai pasangannya.

Tanpa sadar aku tersenyum malu - malu.

"Saya janji tidak lagi main - main. Tapi saya tidak bisa menjauhi teman - teman saya, selain karena kami memiliki beberapa bisnis bersama, kami sudah berteman cukup lama, pertemanan kami cukup berarti bagi saya. Ada beberapa hal di masa - masa sulit hanya berani saya bagikan pada mereka. Saya harap kamu mengerti."

Aku mengangkat pandangan menatap mas Janu ragu, "Apa janji mas Janu bisa aku pegang?"

"Untuk tidak lagi bermain - main? Tentu. asalkan kamu mengatakan iya untuk kesempatan yang saya minta" mas Janu tersenyum miring, aku mendengus melihatnya, suara tawa keluar dari bibir mas Janu.

Belum apa - apa saja sudah mengajukan syarat, bagaimana aku bisa percaya.

"Aku masih belum bisa percaya" aku melipat tangan di dada, menatap lurus ke depan.

"Saya tidak pernah selingkuh kalau kamu mau tau"

"Oh ya?" Aku menatap mas Janu menantang.

Mas Janu mengangguk mantap "Ya."

"Apa reaksi mbak Anaya waktu tau mas Janu suka gangbang?"

mas Janu tertawa kencang, aku mengerutkan dahi melihatnya, sama sekali tidak mengerti apa yang sedang dia tertawakan

"Kenapa sih?!" Aku berdecak

"Maaf... maaf..." aku melotot melihat sisa tawa yang masih ada di bibirnya.

"Akhirnya kamu mengucapkannya"

"Apa?"

"Gangbang" aku berdecak, menatap mas Janu sinis, sedangkan mas Janu tersenyum menatapku.

Ketika Aku Jatuh CintaWhere stories live. Discover now