4

84.9K 1.6K 115
                                    

Btw, ini pov Janu ya. Jadi jangan pada bingung.

SELAMAT MEMBACA

JANU

Aku berjalan masuk menuju rumah sambil menatap jam pada pergelangan tangan, masih pukul 3 sore. Terlalu pagi untuk berada dirumah.

Aku baru saja selesai mengecek sebuah rumah yang memakai jasa interior perusahaan miliku, dimana tempatnya tidak terlalu jauh dari rumah. Sewaktu aku ingin kembali ke kantor, entah mengapa aku tanpa sadar berbelok menuju rumah. Dan disinilah aku sekarang.

Pandanganku mengelilingi seluruh rumah, sangat sepi. Tidak ada siapa - siapa. Aku berjalan menuju dapur, mengambil gelas dan mengisinya dengan air dari kulkas. Lalu meminum isinya sambil berjalan menuju meja makan.

Aku termenung beberapa saat. Merasa bingung untuk apa aku pulang kerumah dan merasakan kesepian seperti ini. Jangan salah, aku sudah terbiasa sendiri. Namun sama sekali tidak merasakan kesepian. Sebelum kematian papa, aku tinggal di apartemen seorang diri. Datang kerumah seminggu sekali atau terkadang 2 minggu sekali. Sudah hampir 5 tahun, perasaan enggan untukku berada terlalu lama dirumah ini. Biasanya, aku hanya akan mampir sejam dua jam, hanya untuk makan malam dan memastikan Jagad dalam keadaan baik lalu aku akan pulang ke apartemenku.

Aku menghembuskan nafas berat, lalu mengalihkan pandangan ke tudung saji yang ada di meja makan, lalu membukanya. ada lauk pauk komplit dengan sambal. Aku tidak begitu berselera melihatnya karena memang sudah makan siang. Lalu penglihatanku teralih pada brownies yang ada di sana.

Aku mengambil 1 potong brownies, mulai memakannya. Enak banget.

Aku merasakan lelehan coklat di dalam mulutku. Padahal brownies yang sedang ku makan terlihat sangat garing dari luar. Aku kembali mengambil brownies yang ada di meja ketika brownies yang ada di tanganku habis.

Ketika aku sedang sibuk mengunyah, aku melihat mbok Sarina masuk dari arah taman yang berada di samping rumah.

"Eh mas Janu. Kok cepat banget pulangnya" ujar Mbok Sarina menyapaku.

"Iya mbok. Ada kerja dekat sini. Ini browniesnya beli dimana ya mbok enak banget"

Mbok Sarina nyengir "ndak beli mas. Itu di buatin sama mbak Hanna. Enak ya mas? Tadi juga mbok udah coba 1. Rasanya pengen tak habisin semua" Terdengar suara tawa renyah dari mbok Sarina.

Aku memandang mbok Sarina terkejut "Dia buatnya sendiri?"

Mbok Sarina tertawa "Yaialah mas. Mbok kan ndak pintar buat kue. Ibu juga pergi dari pagi belum balik - balik. Jadi buatnya sendiri"

"Oh.. perginya sama Jagad?"

"Ndak mas. Pergi sendiri. Jagad pergi sama mbak Hanna, jalan - jalan ke mall. Tadi nangis kenceng gitu karena di tinggal ibu pergi"

Aku manggut manggut saja kembali memakan brownies yang ada di tanganku, sedangkan mbok Sarina berlalu menuju kearah dapur. Lalu sebuah pemikiran terlintas kerahku "Mbok, punya nomor Hanna gak?"

Mbok Sarina memandangku dari arah dapur dengan pandangan bingung "punya mas"

"Saya minta dong. Mau jemput mereka"

"Oh iya. Bentar saya ambil hape dulu" Mbok Sarina berlalu pergi tidak lama kemudian kembali kehadapanku, menyebutkan sederet angka.

"Makasih mbok" aku menyimpan nomor Hanna sebelum mulai menghubunginya. Tidak diangkat. Aku mencoba untuk kedua kalinya juga tidak di angkat. Aku berdecak sebal. Lalu mencoba untuk terakhir kalinya.

Ketika Aku Jatuh CintaWhere stories live. Discover now