16

55.2K 1.7K 87
                                    

Janu

Aku mengetuk - ngetuk jari di atas setir mobil, menunggu ke datangan Hanna.

Sudah sejam berlalu dari waktu terakhir kali aku mengirim pesan mengatakan bahwa aku berada di parkiran kostnya, Namun sampai detik ini, Hanna tak kunjung datang.

Aku menghembuskan nafas kasar, meraih gawai yang berada di atas dasboard, membuka aplikasi whatsapp menatap pesan terakhir yang ku kirimkan pada Hanna. Centang biru, namun tidak dibalas. Fuck

Ketika aku hendak menyerah menunggu kedatangan Hanna, sebuah motor piaggio berwarna merah melintas dari depan mobil. Pandanganku tidak bisa lepas dari motor itu, ketika si pengendara memarkirkan motornya dengan rapi, melepas helm dan menatap kearah mobil dengan perasaan ragu.

Jantungku berdegup kencang ketika Hanna berjalan kearah mobilku, semua rencana kalimat - kalimat yang sudah aku susun hilang entah kemana.

Hanna berhenti lama di balik pintu penumpang, sebelum akhirnya dia membuka pintu masuk ke dalam mobil.

---------------------------------------------------------------------------------------------
Hanna

Mas Janu
Mas mau ke kost kamu. Kamu mau ketemu sama mas kan?

Na?

Mas udah di parkiran. Turun Na, mas mau bicara

Mas tungguin sampai kamu mau turun ketemu sama saya.

Aku kembali membaca pesan yang di kirim kan mas Janu padaku. Aku menghembuskan nafas kasar, setengah mati aku mencoba terus mengabaikan pesan dari mas Janu tapi aku tak bisa.

Dengan kasar aku merapikan laptop dan buku yang ada diatas meja, memasukkan ke dalam tas lalu pergi dari cafe yang menjadi tempat ku pilih untuk mengerjakan skripsi seorang diri.

Aku mengendari motor menuju kost yang tidak terlalu jauh jaraknya, ketika memasuki gerbang kost, aku melihat mobil mas Janu yang masih terparkir disana.

Ingin sekali aku memutar motor pergi meninggalkan tempat ini, tapi aku tau, mas Janu sudah melihat kedatanganku. Jadi mau tidak mau, aku memarkirkan motor dan menghampiri mobil mas Janu.

Perasaan ragu menghampiriku ketika sampai di depan pintu penumpang, aku memejamkan mata, menghirup udara sebanyak - banyaknya sebelum akhirnya membuka pintu mobil masuk ke dalam.

"Hai.... dari mana?" Sapa mas Janu ketika aku menutup pintu.

"Dari cafe ngerjain skripsi"

"Kamu beneran pergi karena ngerjain skripsi ternyata..."

"Emang karena apa lagi?" Aku mendengar kekehan dari mas Janu. Apakah semua ini terlihat lucu olehnya?

"Jagad nanyain kamu terus seminggu ini. Kata mama kamu gak pernah mau ngangkat video call dari Jagad" aku hanya diam. Tidak membalas ucapan mas Janu.

"Jagad kangen sama kamu. Kamu boleh marah sama saya tapi jangan limpahin kemarahan kamu sama Jagad dan mama" aku menggigit bibirku, menunduk, memilin tali tas yang ada di pangkuanku, menahan desakan yang ingin keluar.

"Mas sendiri gimana?"

"Saya kenapa?"

"Apa mas kangen sama aku?" Aku memberanikan diri mengangkat pandangan, menatap mas Janu yang terlihat terkejut mendengar pertanyaanku.

Dengan cepat wajah terkejut itu berubah menjadi senyum tipis, mas Janu memandangku, Pandangan yang membuatku sesak, pandangan yang selama ini aku artikan lebih.

Ketika Aku Jatuh CintaWhere stories live. Discover now