Evanescent - Bagian : 04

1K 190 48
                                    

"Ya, sialan!"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Ya, sialan!"

Bugh!

Teriakan ayahnya menggelegar hingga ke lantai atas. Lalisa yang awalnya sibuk oleh tugas sekolahnya berlari ke lantai bawah. Lantas tampaklah pemandangan yang selama ini ia hindari, yaitu sang ayah yang buku tangannya mengepal, serta sang ibu yang terduduk lemah.

"Mulutmu!" seru ibunya berteriak sekuat tenaga. Hantaman keras baru saja didapat oleh perutnya, hingga ia tak kuat berdiri.

Ini pertama kalinya Jongin memukulnya hingga sekuat ini. Padahal, sebelum-sebelumnya mereka berdua tidak pernah bertengkar hingga sehebat ini. Paling hanya adu mulut dan saling membentak saja.

"Persetan, saya tidak peduli! Kembalikan uang saya yang Anda ambil di dalam lemari, atau Anda akan saya habiskan sekarang juga!" ancam Jongin dingin.

Tampak kemarahan ayahnya berada di puncak paling tinggi, hingga memakai panggilan saya-anda pada istrinya. Bukankah panggilan saya-anda terlalu formal untuk sepasang suami-istri?

"Sudah saya beri tahu berkali-kali kalau bukan saya yang mengambil uangmu, Jongin! Jika ingin menuduh orang tuh pakai logika sedikit! Apa buktinya kalau saya mengambil uang tabunganmu, hah?!" sang bunda balas meneriakan fakta. Seraya terengah-engah menahan nyeri di lambungnya.

"Tabungan saya kebongkar, Kim Jennie! Siapa lagi kalau bukan Anda pelakunya, hah?" seru ayahnya. Otot-otot lehernya menegang, wajahnya memerah. Ia cengkeram erat rahang istrinya kuat-kuat hingga membiru.

Jennie meringis kesakitan, menggigit bibir bawahnya agar ia tidak berteriak, tangan Jennie pun tergerak mencakar cengkeraman suaminya, berusaha membebaskan rahangnya yang ngilu bukan main.

"Tidak di hadapan anak saya, Kim Jongin," titahnya dingin.

Menyadari kehadiran Lalisa, terpaksa Jongin membebaskan cengkeramannya di dagu Jenni. Sedangkan Jennie terengah-engah sambil berusaha mengambil udara agar pernapasannya kembali normal.

"Appa jahat ...," lirih Lalisa sendu. Tatapannya sakit, tertoreh rasa kecewa yang teramat dalam.

"Li, Appa bisa jelㅡ"

"Tidak bisakah kalian berpisah saja? Sudah tidak ada yang bisa dipertahankan lagi di sini! Kalian sudah hancur! Tidak ada harapan untuk kalian kembali bersatu! Untuk apa bertahan kalau malah saling melukai? Sudah, lebih baik kalian cerai saja! Cepat!" teriak Lalisa frustasi.

Tangisannya meledak tak kenal tempat. Untuk pertama kalinya di hadapan orang tuanya, ia mempertampakkan air matanya.

Anak mana yang hatinya tidak hancur kala melihat pertengkaran antara kedua orang tuanya? Lalisa masih bisa menahan jika memang pertengkaran antara Jongin dan Jennie masih sebatas adu mulut. Namun, jika sudah memakai fisik hanya karena sepeser uang, Lalisa sudah tidak sanggup. Berarti bagi mereka uang adalah segalanya, bukan ikatan suami-istri mereka sendiri.

Evanescent [채리사]✔Where stories live. Discover now