O8

48 11 1
                                    


5 bulan lalu.

"Pelaku pembunuhan berantai pita yang beberapa waktu lalu berhasil diringkus polisi setelah bertahun-tahun meresahkan warga, rupanya bukanlah pelaku sebenarnya dari kasus tersebut. Kini, masyarakat mulai menyalahkan pihak kepolisian yang dianggap tidak becus dalam menangani kasus dan mengakibatkan warga tidak bersalah hampir dijatuhi hukuman. Saat ini---"

Televisi itu dimatikan, bersamaan dengan raut wajah semua orang di ruangan itu yang berubah suram. Mereka tahu, setelah ini mereka akan diomeli habis-habisan, atau bahkan mungkin lebih dari itu.

"Bagaimana bisa kalian tidak becus dalam menangani kasus penting seperti ini?!"

Semua anggota tim dua unit jatanras kepolisian itu menundukkan kepalanya. Pikiran mereka bercabang, rasa bersalah, kesal, dan bingung bercampur menjadi satu.

"Kalian tahu apa konsekuensi dari salah tangkap tersangka?!"

Mereka tetap diam, tidak berani buka suara.

"Jang Nana!"

Gadis pemilik nama Jang Nana itu menatap takut-takut ke arah atasannya. Was-was, ia menyahut, "Iya, Pak?"

"Astaga, bagaimana bisa pemimpin tim lembek sepertimu?" Pria tua yang sedari tadi mengomel kini menggerutu kesal. "Apa kau tahu apa konsekuensinya?!" Ia kembali menaikkan nada suaranya.

Refleks, Nana juga menaikkan nada suaranya. "Iya, Pak!"

Pria itu mengangguk-angguk. "Oh, jadi kau tahu, tapi masih melakukannya?!"

"Maafkan saya, Pak. Saya mengakui kalau tidak becus dalam memimpin tim dan kasus, tapi kasus ini juga sulit untuk kami kerjakan."

"Masih berani menjawab?!" Pria itu melotot. "Serahkan segera surat pengunduran dirimu atau kau akan dipecat secara tidak hormat dari kepolisian!"

"Wah, aku benaran kesal kalau mengingat kejadian itu." Nana menggebrak meja kerjanya, sambil masih menatap ke arah gambar yang dikirimkan Serim.

Beda dengan Serim yang terang-terangan melampiaskan emosinya saat melihat gambar itu, Jeonghan justru hanya diam sedari tadi. Namun, sorot matanya berubah dingin dan tajam sedari saat melihat gambar tersebut.

"Hey, tenanglah. Mungkin ini kesempatan untukmu balas dendam pada orang itu," ujar Dokyeom pada Nana. "Lagi pula, Han Serim itu sepertinya akan jadi investor terbesar kita."

Menyadari sesuatu, Nana mengerutkan keningnya. "Tapi bagaimana bisa Jung As---ah, maksudku Han Serim memiliki gambar ini?"

Jeonghan mengalihkan pandangannya pada Nana, seperti mulai tertarik pada apa yang dikatakan gadis itu barusan. Sementara Dokyeom ikut mengerutkan kening heran. "Benar juga, kalau dipikir lagi, ia bahkan bukan polisi. Apa kasus itu diekspos ke media dengan sedetail itu?" Dokyeom bersuara lagi.

Nana menggeleng. "Kami hanya membicarakan soal kasus pembunuhan, korbannya, serta sasaran pelaku yang terlihat acak. Memang disebutkan juga soal tanda pada tubuh korban, tapi kami tidak mengeksposnya. Apa lagi, gambar ini kelihatan persis dengan tanda di tubuh korban pembunuhan itu."

Dokyeom menghela napas lelah. "Ah, aku jadi tidak bisa mencegah pikiranku untuk curiga pada gadis itu."

"Sudah kubilang apa, dia itu aneh sekali. Kau yakin bukan dia yang melakukan pembunuhan ini?"

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 08, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

𝙇𝙖𝙘𝙪𝙣𝙖 °Where stories live. Discover now