Part. 4 - Wild Beast

12.9K 1.7K 211
                                    

Agar diperhatikan jika lapak ini nggak main aman karena aku akan ngegas.

WARNING: 18+

🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷

Bertemu dengan klien di Malang selama dua hari, Jerome merasa sudah bekerja terlalu keras dengan harus menguras isi otak dalam melakukan presentasi untuk klien yang terlalu perfeksionis. Jika bukan karena project puluhan milyar, tentu saja dia tidak akan bersusah payah untuk terjun langsung seperti sekarang ini. Untung saja, kerja kerasnya membuahkan hasil dan presentasinya berjalan lancar dengan membawa pulang nilai kontrak yang diinginkan.

Setelah lulus kuliah, Jerome membangun sebuah perusahaan arsitektur bersama dengan Nio, dan terbagi dalam fokus bidang yang berbeda. Jerome di bidang desain industri dan komersial, sedangkan Nio di bidang desain hunian. Membuat desain yang detail dan terstruktur adalah keahliannya, juga pandai dalam membangun koneksi. Selain itu, bertemu dengan banyak orang, khususnya pengambil keputusan adalah kesukaannya. Dari situ, Jerome bisa berkenalan dengan orang hebat yang memiliki proyek berskala besar.

Membangun sebuah hubungan diperlukan teknik komunikasi yang handal, dan umumnya selalu berhasil dilakukan Jerome karena itu bukan masalah untuk dirinya. Memperluas pergaulan, mengenal banyak orang, dan mengetahui pengalaman hidup dari kenalan, adalah hal yang sudah dilakukan sejak remaja.

Extraversion, Sensing, Thinking, Perception, are his personalities. Banyak hal yang disukainya, salah satunya adalah tantangan. Seperti saat ini misalnya. Menatap tajam sambil mempertahankan senyuman, Jerome sangat menikmati kegugupan yang ditampilkan wanita dengan selera berpakaian yang payah, yang duduk di depannya dan masih terdiam sedaritadi.

Memakai setelan kerja yang kebesaran, rambut panjang yang diikat dalam satu ikatan sederhana, dan wajah yang sama sekali tidak dirias. Wanita itu memang tidak terlihat untuk menarik perhatiannya, tapi justru terlihat seperti apa yang diucapkannya di telepon. Butuh minum, dan seorang teman.

Dua hari bekerja membuat Jerome lelah dan bosan. Tiba di Jakarta tadi siang, Jerome langsung menuju ke kantor untuk memberi pekerjaan pada staff-nya, melakukan rapat singkat dengan Nio, dan tiba-tiba teringat dengannya.

Luna, itu namanya. Nama yang familiar bagi Jerome selama seminggu terakhir karena Luna adalah incaran yang harus berakhir dengan menjadi mainannya. Yeah, harus. Incarannya memang harus menjadi mainannya, dan itu selalu berhasil.

Sistim kerjanya membutuhkan tiga langkah mudah. Satu, masuk dalam hidupnya. Dua, mengambil apa yang dibutuhkan, atau jika perlu, sedikit mengacaukannya. Tiga, pergi tanpa ucapan selamat tinggal.

Batas waktu adalah dua minggu, atau bisa kurang dari itu. Biasanya, Jerome sudah bisa menarik incarannya ke ranjang dalam hitungan hari. Tapi kali ini? Sudah seminggu dan Jerome belum mendapat apa-apa selain obrolan di chat yang membosankan.

Luna cukup sulit, juga bukan tipikal kesukaannya, dan diluar dari ekspektasi. Hanya saja, ego dalam diri seolah meremehkannya untuk menyerah begitu saja. Dia yakin jika dia bisa mendapatkan Luna, semudah membalikkan telapak tangan.

Playing hard to get, pikirnya.

"Daritadi lu liatin gue mulu. Ini jadi makan atau nggak?" tanya Luna akhirnya.

Alis Jerome terangkat mendengar suara Luna yang terdengar ketus. Meski tadinya gugup, kini Luna mulai bisa bersikap biasa.

"Perut kosong gue udah siap buat makan lu," jawab Jerome sambil menyeringai lebar saat melihat Luna cemberut.

THE ULTIMATE FUCKBOY (SUDAH TERBIT)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora