Part. 2 - Match

13.4K 1.8K 187
                                    

Morning... 💜
Yuk, kita kenalan sama Jerome!

"Desain buat project AB, udah?" tanya Jerome saat menerima uluran dokumen dari Nio.

"Masih dibuatin sama Edo. Ini kelanjutan progress pengerjaan rumah subsidi buat developer Indobuild, ada konfirmasi dari konstruksi kalau pelaksanaannya udah rampung sekitar 40%," jawab Nio sambil mengambil duduk di kursi kosong yang ada di depan meja kerja.

Jerome membuka dokumen, mempelajari isi yang terpampang di sana, dan menghela napas lelah sambil menaruh kembali dokumen. Cukup merasa penat dengan kesibukan yang semakin banyak di setiap harinya.

"Lu urus aja untuk project ini, gue masih ada kerjaan yang lain," ujar Jerome sambil mendorong kembali dokumen ke arah Nio.

Alis Nio terangkat dan menatap Jerome dengan tatapan menilai. "What the hell happened?"

Jerome memijat pelan keningnya sambil bersandar di punggung kursi, lalu mendengus tidak senang. "Boring. I don't know what the hell was wrong with me."

"Urusan apa lagi kali ini?" tanya Nio sambil menyilangkan tangan. "Dituntut buat seriusin anak orang? Atau lu udah mau mati sekarang?"

Jerome tertawa pelan. "Gue hidup nggak bercita-cita untuk jadi gagal, apalagi mati sia-sia."

"Jadi apa?" tanya Nio heran.

"Gue lagi mumet dan bosen," jawab Jerome apa adanya.

"Dari omongan lu, kayaknya sama cewek 38C udah nggak lagi. Kenapa? Genjotannya kurang kenceng?"

"Udah lewat dari dua minggu, males lah kalau sama cewek yang itu-itu aja."

"I knew it! Lu bosen karena belum ada yang baru, gitu?"

"Nggak juga sih, emang lagi bosen aja. Yang namanya bosen terus mumet gimana sih?"

"Bukannya bosen dan mumet emang udah selalu jadi urusan hidup lu, Jer?"

"No, kali ini bener-bener malesin."

"Misalnya?"

Jerome terdiam sejenak sambil memikirkan sesuatu yang dirasakannya saat ini. Tidak senang, tentu saja. Juga, konsentrasinya buyar entah kemana. Rasanya menjengkelkan ketika perasaan menjadi bingung terhadap apa yang dirasakan. Semakin dipikirkan, semakin tidak mengerti. Tidak berguna, itu adalah kalimat akhir yang muncul dalam benaknya.

"Gue nggak tahu apa yang gue inginkan dalam hidup, Yo," jawab Jerome akhirnya.

Dia bisa melihat Nio tertegun dan menatap tidak percaya. Tidak ada yang mengherankan jika Nio bisa seperti itu karena Jerome adalah orang yang sangat mencintai hidupnya dan menikmati semua kenikmatan duniawi yang menjadi incarannya.

Tidak ada masalah yang terjadi, juga tidak ada hal yang membebani, tapi perasaan itu datang begitu saja. Entahlah. Jerome mulai merasa lelah dan perlu mencari penyegaran, tapi belum tahu apa yang sebenarnya diinginkan.

"I don't know what to say but you seem so unhappy, Man," tukas Nio yang langsung diangguki kepala oleh Jerome.

"I guess I am," balas Jerome.

"Then, what now? Perlu lu inget kalau kerjaan kita lagi banyak banget, Jer. Gue nggak mau urusan moody kayak gini, bakalan mempengaruhi kinerja lu," ujar Nio.

"Apa yang gue rasain nggak akan mempengaruhi kerjaan gue," celetuk Jerome tersinggung.

Nio memutar bola mata sambil menatap Jerome jenuh. "Lu itu tipikal orang yang tiba-tiba berhenti di tengah jalan, apalagi kalau lagi nggak seneng. Sebelum itu kejadian, gue ingetin dulu karena gue nggak mau kita ribut. Have you get it?"

THE ULTIMATE FUCKBOY (SUDAH TERBIT)Where stories live. Discover now