14. Pantai

9 7 0
                                    

Aku tercengang saat dia mengungkapkan hal yang sungguh tidak aku pikirkan.

≈≈≈≈✧≈≈≈≈



"El, ayo pulang sama aku," ajak Taevan padaku yang sedang mengemasi alat tulis untuk dimasukkan kedalam tas.

Aku menggeleng menolak ajakannya. Alasannya cukup kekanakan, karena aku kesal pada Taevan yang dekat dengan Jennata.

Aku sungguh kekanakan bukan?

"Kenapa?" tanyanya sambil menatap aku heran.

"Aku pulang sama Zeline aja," jawab aku tanpa menatapnya sama sekali.

"Tapi Bang Yon nyuruh aku nganter kamu pulang," kekeh Taevan.

"Ck, tapi aku mau pulang sama Zeline" decak aku menatap Taevan kesal.

"Kamu kenapa, sih?" tanya Taevan yang heran dengan sifat aku yang berbeda dari biasanya(?)

"Kenapa apanya? Aku gak apa-apa, kok," kata aku dengan nada ketus.

"Zeline, kamu pulang duluan aja sana. Biar Elvina pulang sama aku," ujar Taevan pada Zeline yang sedang menunggu aku sambil bermain ponselnya.

Zeline menoleh menatap Taevan datar, "siapa kamu berani nyuruh-nyuruh aku?"

"Aish! biarin El yang pulang sama aku," ujar Taevan sedikit memohon.

"Ya ya ya... terserah. Aku pulang." Lalu Zeline pergi terlebih dahulu dengan aku yang menatap kearahnya kesal.

Tapi sebelum Zeline benar-benar keluar kelas dia sempat menghentikan langkahnya.

"Jangan sakiti El, atau kepala kamu bakal ilang besok." Lalu Zeline benar-benar pergi keluar dari kelas.

Taevan yang mendengar perkataan Zeline tadi sontak menelan ludahnya gugup. Sadis sekali ternyata, pikir Taevan.

"Ayo pulang, buat apa kamu berdiri disana terus?" kata aku yang sudah berdiri diambang pintu kelas.

Aku sebenarnya menahan tawa melihat ekspresi Taevan yang sepertinya takut dengan ancaman Zeline tadi. Sungguh menggelikan.

Lalu Taevan pun menyusul aku yang sudah jalan mendahuluinya. Saat sudah jalan disamping aku dia lagi-lagi menggenggam tanganku.

"Kenapa, sih, kamu suka banget genggam tangan aku?"

"Hangat, tangan kamu terasa hangat kalo aku genggam." Aku tersenyum tipis menanggapi ucapannya.

Mengapa hati aku senang hanya dengan perkataan Taevan tadi?! Aku sungguh merasa aneh pada diriku sendiri.

"Mau pergi ke pantai?" tawar Taevan saat dia sudah mengendarai motornya.

"Ngapain?" sahut aku.

"Liat matahari terbenam. Gimana, mau?" usulnya.

"Ide bagus, ayo."

Lalu Taevan mengendarai motornya menuju pantai.

***

Sesampainya di pantai aku langsung bergegas turun dari motor Taevan dan berlari kecil ke arah pinggir pantai.

"Imut," gumam Taevan yang melihat aku berlarian ke arah pantai seperti anak kecil.

Lalu Taevan menyusul aku yang sedang asik bermain air dipinggir pantai.

Annoying Boy✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang