21. Rekaman CCTV

10 5 1
                                    

Disaat aku merasa tuduhan dia menyudutkan aku, pelukan Abang selalu membuat aku menjadi tenang.


≈≈≈≈✧≈≈≈≈



Aku memasuki sekolah dengan langkah gontai. Pagi ini aku tidak diantar oleh Bang Yon apalagi Taevan. Bang Yon yang sedang di sibukkan dengan skripsinya dan Taevan yang masih marah padaku.

"El!" panggil seseorang dan aku menoleh ternyata itu Deva.

Aku tersenyum tipis padanya, "ada apa?"

"Nggak apa-apa, cuma mau jalan masuk bareng sama kamu aja," jawabnya sambil tersenyum memperlihatkan deretan giginya yang mirip kelinci.

Aku hanya menganggukkan kepala lalu berjalan beriringan dengan Deva menuju kelas.

Sepanjang jalan menuju kelas ku, aku lebih memilih banyak diam, tidak mood untuk berbicara.

Sesampainya didepan kelas aku, Deva menghentikan langkahnya lebih dulu lalu menatap aku.

"Bang Yon nyuruh aku buat nganter kamu pulang nanti," kata Deva.

Aku diam sesaat menimbang jawaban yang ingin aku sampaikan.

"Em... lebih baik nggak perlu, Dev. Aku bisa pulang sama Zeline," balas aku.

Deva tersenyum tipis lalu mengangguk mengerti. "Oke, nggak masalah." Lalu dia melanjutkan langkahnya menuju kelasnya.

Saat hendak masuk kelas, aku berpapasan dengan Taevan yang ingin keluar kelas. Dia menatap aku datar tidak seperti sebelum-sebelumnya yang biasanya menatap aku jahil ataupun dengan tatapan lainnya.

Lalu dia berjalan melewati aku tanpa sepatah kata pun. Aku tidak apa-apa, sungguh. Walaupun rasanya dada ini rasanya sesak. Tapi aku berusaha menahannya, aku tidak ingin menangis disekolah. Aku tidak suka jika dianggap lemah hanya karena menangis.

***

Aku turun dari mobil Zeline lalu mengucapkan terima kasih karena sudah mengantar aku pulang.

Lalu berjalan memasuki rumah lagi-lagi dengan langkah gontai. Entahlah, aku merasa malas melakukan apapun hari ini. Bahkan hanya untuk berjalan sedikit saja.

Aku membuka pintu dengan perlahan, dan aku sedikit terkejut saat Bang Yon sudah ada dirumah lebih dulu karena biasanya dia pulang dari kampus sore hari.

Bang Yon menatap aku sedikit berbeda, dia menatap aku dingin dan tajam.

"Abang udah pulang? Cepet banget," tanya aku sekedar basa-basi karena sedikit takut akan tatapan matanya.

"Duduk, El," titahnya sambil menunjuk sofa kosong disebelahnya.

Sontak aku gugup, aku ada buat masalah kah sampai Bang Yon jadi seperti itu? Ah sudahlah, turuti saja dulu.

Aku pun duduk disebelah Bang Yon sambil tanganku yang saling meremas karena gugup.

"Ada apa, bang?" tanya aku saat sudah mendudukkan diri.

"Kamu punya masalah?" tanya Bang Yon sambil beralih menatap aku. "Kalo ada apa-apa kasih tau abang."

Aku diam lebih dulu untuk memikirkan jawaban apa yang akan aku utarakan pada Bang Yon. Haruskah aku jujur? Apa lagi-lagi aku bohong?

Annoying Boy✓Where stories live. Discover now