3. Dikejar Penjahat

34 9 2
                                    

Sifatnya boleh menyebalkan, tapi aku merasa terlindungi saat dia datang menyelamatkan aku.

≈≈≈≈✧≈≈≈≈



"Dasar ceroboh!" ucap Zeline sambil menekan memar yang ada di jidat ku, melampiaskan rasa kesalnya karena aku mengatainya tadi.

"Hey! Sakit lah, " balasku sambil mengusap jidat ku pelan.

"Sorry," katanya sedikit meringis pelan tapi ekspresinya tetap datar.

"Kamu itu kejam banget," cibir aku sambil mengerucutkan bibir sebal.

"Jangan kaya gitu, kamu jadi keliatan jelek," sahut Zeline datar.

"Hey! Tadi kamu tekan-tekan memar aku, sekarang kamu ngatain aku jelek. Kamu ini emang jahat ya," kataku sambil melipat tangan didepan dada kesal.

"Ya..ya..ya, terserah," sahutnya acuh lalu kembali bermain ponsel, entah apa yang dia lihat sehingga mengabaikan aku yang sedang kesal.

***

Saat ini aku tengah mengemasi barang-barang ke dalam tas, karena bel pulang sekolah sudah berbunyi sejak lima menit yang lalu.

"Zeline ayo pulang bareng," ajak aku sambil menggendong tasku.

"Aku dijemput," jawab Zeline lantas membuatku sedikit kecewa karena tidak bisa pulang bersamanya.

"Apa kamu mau ikut?" tawar Zeline karena melihat raut wajah aku yang terlihat kecewa.

"Ah gak perlu, aku naik bus aja," jawab aku sambil tersenyum kecil.

"Kamu yakin?" tanyanya lagi.

"Iya aku yakin. Ya udah, ayo keluar," ajak aku sambil menggandeng tangannya.

"Aku pulang, kamu hati-hati," ucap  Zeline lalu masuk ke dalam mobil jemputannya.

Aku menjawabnya dengan tersenyum sambil melambaikan tanganku pada Zeline.

Setelah Zeline sudah pergi akupun berjalan menuju halte bus, yang mungkin jaraknya 500 meter dari sekolahku.

Dan aku pun tiba di halte bus lalu menunggu bus datang. Sepuluh menit berlalu tapi bus belum juga ada yang datang.

Aku menghembuskan nafas kesal, kalau begini caranya bagaimana aku pulang? Apa aku harus berjalan kaki untuk pulang ke rumah? Tapi itu tidak mungkin, pasti melelahkan mengingat jarak dari rumah ke sekolah ini tidak dekat.

Tapi tidak ada cara lain jadi aku memutuskan untuk berjalan kaki saja karena waktu yang sudah hampir senja.

Saat aku sedang berjalan, aku merasa ada yang mengikuti ku. Dan aku pun menoleh ternyata ada dua orang pria yang berpakaian seperti preman sedang berjalan dibelakang ku.

Aku akhirnya mempercepat langkahku tapi tanpa aku duga mereka pun mempercepat langkahnya seperti yang aku lakukan.

Aku yang panik pun akhirnya memilih berlari menjauh tapi mereka juga berlari mengejar ku.

Nafasku memburu, takut, dan bingung harus bagaimana. Sedangkan kakiku sudah pegal untuk tetap berlari. Aku mengedarkan pandanganku untuk mencari bantuan tapi jalan yang aku lewati sepi. Jantungku berdegup kencang, bingung harus melakukan apa selain berlari.

Aku terus berlari dan tanpa diduga aku menginjak batu yang cukup besar lalu membuatku terjatuh dan lutut ku lecet karena terkena aspal.

Perih dan takut. Itu yang aku rasakan sekarang, aku berusaha bangkit kembali tapi lutut ku sungguh perih membuat aku berkali-kali meringis karena berusaha untuk bangun.

Annoying Boy✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang