19. Dituduh

13 5 1
                                    

Aku tidak melakukannya, sungguh. Tapi mengapa dia lebih percaya orang lain dari pada aku, pacarnya sendiri?

≈≈≈≈✧≈≈≈≈




Aku turun dari motor Taevan setelah motor Taevan sudah berhenti tepat didepan rumah aku.

"Makasih," kata aku sambil tersenyum manis pada Taevan.

"Nggak masalah, by," balas Taevan sambil mengusap kepala aku lembut.

Sial! Pipi aku memerah hanya karena ucapan Taevan tadi!

"Kamu ini ngomong apa, sih?" Aku memukul dada Taevan pelan dengan senyuman malu.

"Aku suka pas pipi kamu merah kaya gini." Taevan tersenyum menggoda sambil tangannya yang mengusap pipi aku yang memerah karenanya.

"Kamu ini nyebelin banget." Aku memukul dada Taevan lagi sedikit keras saat pipi aku yang semakin terasa memanas karena ucapan Taevan.

"Oke, udah udah. Sekarang masuk sana."

Aku mengangguk saat Taevan menyuruh aku masuk ke dalam rumah. Melambaikan tanganku pada Taevan sesaat lalu membuka pintu pagar rumahku.

"El," panggil Taevan saat aku ingin beranjak dari pintu pagar ingin masuk kedalam rumah.

"Kenapー"

"I love you."

Lalu Taevan menjalankan motornya menjauhi pekarangan rumah aku tanpa tahu keadaan pipi aku yang sempat normal kini kembali memanas. Dasar Taevan!

***

"Kamu pacaran sama Taevan, El?" tanya Bang Yon saat aku dengannya sedang makan malam bersama.

"Uhuk..uhuk..." Aku tersedak saat mendengar pertanyaan yang tiba-tiba Bang Yon lontarkan padaku.

"Hati-hati, El." Bang Yon dengan cepat memberi aku minum dan dengan cepat langsung aku terima.

"Kamu kaget karena abang tiba-tiba nanya gitu?" Bang Yon menatap aku tanpa ekspresi diwajahnya.

"E..enggak, bang. A..aku cuma nggak hati-hati aja tadi," jawab aku sedikit gugup karena mulai merasa tidak nyaman ditatap seperti itu oleh Bang Yon.

"Jadi, bener kamu pacaran dengan Taevan?" tanya Bang Yon sambil tangannya bersedekap diatas meja menatap aku datar.

"I..iya, bang. Sorry karena aku belum ngasih tau abang," jawab aku sambil menundukkan kepala belum berani melihat ekspresi Bang Yon saat mendengar jawaban aku.

"Oke," balas Bang Yon singkat lalu kembali melanjutkan makannya.

Aku mendongak dengan ekspresi melongo. Bang Yon hanya menanggapi seperti itu saja? Aish jinjja?! Aku udah hampir jantungan karena ditanya seperti tadi. Aku pikir dia akan marah atau melakukan hal lain yang membuat aku takut. Tapi nyatanya?! Aish. Terkadang sifat menyebalkannya bisa muncul kapan aja.

"Abang nggak marah, kan?" tanya aku ragu sambil memandang Bang Yon tidak yakin.

Bang Yon mengangguk, "abang nggak marah, karena kamu berani jujur."

Annoying Boy✓Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum