11. Ditolong

11 6 0
                                    

Lagi, rasa peduli itu datang dan menghilangkan sifat menyebalkannya.

≈≈≈≈✧≈≈≈≈


Setelah aku dan Taevan melompat dari tembok sekolah yang lumayan tinggi itu dengan selamat, walaupun sempat tertangkap basah oleh petugas sekolah. Lalu Taevan mengajak aku makan ditempat yang tidak terlalu jauh dari sekolah aku.

Aku dan Taevan memesan dua mie ramen untuk sedikit mengisi perut. Lalu aku memakan dengan perlahan karena memang masih panas.

Tapi tidak dengan Taevan yang sepertinya takut jika makanannya diambil. Dia makan dengan begitu tidak beretika, ckckck. Aku merasa malu yang makan tepat disebelahnya.

Aku doakan dia tersedak setelah ini.

"Uhuk uhuk uhuk!" Nyatanya benar doa aku terkabul.

Aku berusaha menahan tawaku sambil memberikan minuman pada Taevan yang sedang kelimpungan.

"Aish! tenggorokan aku sakit banget," keluhnya setelah meminum habis satu gelas air.

Bibir aku masih berkedut menahan tawa. Bagaimana tidak, wajah Taevan yang terlihat merah padam membuat aku ingin tertawa terpingkal-pingkal.

"Ketawa aja gak perlu ditahan," kata Taehyung kesal yang melihat gelagat aku.

"Hahaha!" tawaku lepas saat itu juga. Wajah Taevan yang masih terlihat merah padam dan alis serta bibirnya yang mengerut kesal.

"Oke baiklah udah, ayo kita pulang," ajak aku lalu berdiri ingin membayar makanan ku tadi.

"Taehyung apa kamu gak mau bayー"

"Aku duluan, kamu yang bayar aja!" Taevan berteriak dari jarak yang sudah lumayan jauh dari tempat aku saat ini.

Aku mengumpat marah dalam hati, lalu dengan cepat membayar makanan tadi. Lalu berlari secepat mungkin menyusul Taevan yang sedang santainya berjalan tanpa beban.

"Kamu ini, sialan!" maki aku sambil mendorongnya cukup keras. Dia jatuh pun aku tidak peduli, aku sudah terlampau kesal pada pemuda ini.

"Kamu ini galak banget," sahutnya lalu kembali berdiri tegak seperti semula.

"Kamu punya hutang sama aku," kata aku sambil memandangnya tajam.

"Ck, ayolah sekali-kali kamu mentraktir aku," ucap Taevan sambil merangkul aku sok akrab.

Aku berdecih kesal mendengar ucapan Taevan.

"Sebagai gantinya, kamu harus nganter aku pulang," kata aku sambil tersenyum licik.

"Gak mau, pulang aja sendiri," jawab Taevan acuh lalu berjalan mendahului aku.

"Heh! Gak bisa gitu, dong!" Lalu aku berjalan menyusul Taevan.

Aku mengikuti Taevan dari arah belakang, tapi tiba-tiba dia berhenti berjalan membuat aku yang sedang menunduk menatap jalanan menabrak punggungnya.

"Aduh!"

"Kenapa kamu malah ngikutin aku?" tanya Taevan sambil menyipitkan matanya heran menatapku.

"Udah aku bilang, kan, anterin aku pulang." Tanpa sadar aku merengek padanya.

"Enggak! Pulang sendiri sana." Setelah mengatakan itu Taevan berlari menjauh dan hilang dari pandangan aku.

Aku pasrah lalu berbalik menuju ke arah rumahku. Sebenarnya aku tidak terlalu berani berjalan sendirian menuju arah rumahku. Mengingat malam sudah tiba. Silahkan katakan saja aku ini penakut.

Annoying Boy✓Where stories live. Discover now