06. Trauma | Wonwoo

248 23 20
                                    

Terima kasih banyak buat teman-teman yang masih setia menanti <3

terutama meyhwa69 dan sapiiyooww123 yang udah kasih kata-kata penyemangat di chapter kemarin :')

luv yu all <3


Oops! Ang larawang ito ay hindi sumusunod sa aming mga alituntunin sa nilalaman. Upang magpatuloy sa pag-publish, subukan itong alisin o mag-upload ng bago.


Apa yang membuatmu merasa paling nyaman di dunia ini?

Berada di dalam rumah? Bertemu dengan keluarga? Berbincang dengan orang tersayang? Atau cukup dengan secangkir minuman hangat untuk menemani buku favoritmu?

Jika dibolehkan menjawab, sesungguhnya Wonwoo merasakan kenyamanan pada tiap kegiatan itu. Ia suka berada di rumah. Ia senang bertemu keluarganya. Ia antusias menyimak apa pun yang dikatakan rekan satu timnya. Ia juga merasa terhibur dengan deretan kalimat yang tercetak pada buku bacaannya.

Namun, ada satu hal lagi yang jauh lebih sederhana dari itu semua. Sesuatu yang membuat Wonwoo merasa nyaman tanpa beban.

Diam.


***


"Nice! Sudah cukup, Wonwoo-ssi!" teriakan final dari sang fotografer sontak membuat lelaki Jeon membungkukkan badan sambil bertepuk tangan ringan—apresiasi singkat yang sudah menjadi tradisi. "Wonwoo-ssi, kita monitoring sebentar, lalu lanjut giliran Jun-ssi."

Wonwoo mengangguk patuh. Kaki jenjangnya melangkah mendekati gerombolan kru pemotretan dengan tergesa. Kepulan uap air lolos dari bibirnya, menandakan suhu udara yang makin merangkak turun. Sesi pemotretan di lapangan alang-alang membuat udara musim dingin lebih menusuk kulit—terlebih dirinya hanya mengenakan kemeja dan long coat sebagai bagian dari outfit sore ini. Pandangannya melekat pada layar monitor, mengamati satu demi satu foto yang ditampilkan. Senyuman lega terlukis di bibir tipis pria itu. Pengorbanan banyak orang di ruang terbuka tidak berakhir sia-sia.

Ia pun undur diri usai mengucapkan terima kasih pada kru yang bertugas. Suaranya sempat terdengar sedikit gemetar—efek dari gemeletak gigi yang cukup kentara jika diperhatikan. Kedua tangannya bersembunyi di dalam kantong mantel, berusaha menghangatkan sebagian dari dirinya.

Ah, Wonwoo menyesal meninggalkan jaket dan hot pack-nya di dalam mobil.

"Haruskah aku ambil sekarang?" Baru sedetik Wonwoo bergumam, angin dingin tiba-tiba saja berembus dan menerpa tubuh depannya, mengantarkan udara dingin yang membuat pucuk hidungnya memerah seketika. Tubuh lelaki jangkung itu bergidik. "Sepertinya memang harus."

Ia pun berjalan menyusuri jalur yang tercetak di lapangan, merapatkan mantel ketebalan sedang pada tubuhnya dengan satu hal yang terus berputar dalam kepala:

[⏸️] Fallin' Flower | Seventeen Oneshot(s)Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon