02. Hug | Woozi (2/2)

292 34 8
                                    

Chii berencana menulis kisah dari masing-masing karakter anggota Seventeen. Menurut kalian gimana?


Bagian 2 dari 2

Selamat menikmati ^^

Selamat menikmati ^^

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.


Bagaikan anak dituduh menghilangkan mainan adiknya, Jihoon yang baru mengambil beberapa langkah mendekat sontak terpaku di tempat. Matanya membola. Kebingungan jelas terlukis di raut wajahnya. Pertanyaan pertama yang diterimanya dari Seungcheol membuat ingatan atas melodi yang baru dirampungkannya hilang begitu saja dari dalam kepala. "Bukannya dia sudah kembali lebih dulu?"

Tak hanya Jihoon, kini satu ruangan merasakan ketegangan yang sama. "Apa yang kau katakan? Dia belum ke dorm sama sekali sejak semalam."

"Jeonghan Hyung, itu tidak lucu."

"Jeonghan benar, Woozi," potong Manager Jeon. "Terakhir aku bertemu dengan Hoshi di studio tak jauh dari kantor. Tadi malam, saat mengisi kelas dari jam sembilan untuk trainee baru. Setelahnya, dia latihan sendiri untuk undangan performance lain."

Seakan terpelatuk, Jihoon otomatis menatap Manager Jeon dengan penuh selidik. Ucapan Jeonghan mungkin bisa ia anggap sebagai lelucon, sekadar menakut-nakuti. Namun, akan mustahil rasanya jika kebiasaan seorang Yoon Jeonghan ditularkan pada manajer mereka.

Mengesampingkan hal tersebut, Jihoon baru mengetahui satu fakta yang terlewat. Menghubungkan dengan apa yang dialaminya, besar kemungkinan Soonyoung datang ke studionya setelah memberi kelas dan menjalani latihan mandiri. Enam jam. Enam jam agenda fisik tanpa jeda usai seharian dihajar jadwal individu yang tiada habisnya. Pantas saja sosok yang selalu enerjik itu terlihat berbeda saat memenuhi permintaan Jihoon untuk membantunya di studio.

Heol, apa yang sudah ia lakukan?

Jihoon berdehem, menggelengkan kepalanya sejenak sebelum meraih ponsel di dalam kantung celananya. Ia menyelami daftar kontak yang terakhir dihubunginya, menyentuh gambar gagang telepon, lantas melekatkannya ke telinga. Semua pandangan yang tertuju pada dirinya membuat Jihoon makin gelisah. Jantungnya berdegub tak keruan. Fantasinya meliar, entah kenapa hanya hal-hal ekstrem yang terpikir dalam kepalanya. Dan suasana ini makin didukung dengan nada sambung telepon yang tak kunjung terdengar, seolah berwujud menjadi bahan bakar yang mengobarkan pemikiran-pemikiran negatif itu.

Hanya beberapa detik, suara operator yang justru menyapanya, menginformasikan bahwa nomor yang dihubungi sedang tidak aktif. Memencet tombol end call adalah langkah berikutnya yang Jihoon ambil.

Apa dia semarah itu sampai mematikan ponselnya? pikirnya.

"Bagaimana?" tanya Seungcheol penuh selidik. Rasa khawatir yang terpancar dari sepasang manik obsidian itu membuat rasa bersalah Jihoon makin menjadi.

Jihoon tak berani menjawab, melainkan kembali melakukan hal yang sama seperti sebelumnya tanpa aba-aba. Berharap akan ada keberuntungan yang menghampiri, berharap Soonyoung akan mengangkat teleponnya dan tertawa bodoh sambil mengatakan Jihoon tertipu.

[⏸️] Fallin' Flower | Seventeen Oneshot(s)Onde histórias criam vida. Descubra agora