07. Home | The8

145 18 4
                                    

Hai, apa kabar?

Semoga sehat selalu yaa ^^

Btw, Chii mau share dikit mimpi random-nya Chii. Tapi nanti di bawah, kalau temen-temen udah baca cerita chapter ini aja wkwk.


Selamat menikmati :D

Selamat menikmati :D

Oops! Ang larawang ito ay hindi sumusunod sa aming mga alituntunin sa nilalaman. Upang magpatuloy sa pag-publish, subukan itong alisin o mag-upload ng bago.


Gores. Gores. Coret.

Gores. Gores. Coret.

Minghao tak tahu apa yang melanda dirinya. Sejak sejam yang lalu, ia tak bergeser barang sedetik dari titik itu; duduk di atas lantai dengan punggung bersandar pada tepian kasur. Lututnya menyentuh dada, menopang sketchbook di atasnya. Tangan lelaki itu terus menggerakkan pensil dalam genggaman, membiarkan jejak-jejak kehitaman membekas jelas di atas kertas, pun berpindah pada sebagian kulit yang bergesekan.

Minghao tak mempermasalahkan itu. Lampu kamar pribadinya padam. Langit di luar jendela menggelap. Hal samar seperti noda arang pada kulitnya tak akan terlihat. Gores. Gores. Coret. Hanya perintah itu yang terlintas dalam pikirannya.

Sedetik, genggaman lelaki itu menguat. Kebingungan.

Rasanya, dalam beberapa bulan terakhir Minghao dapat mengatur pikirannya dengan baik. Ia juga dapat mengontrol bagaimana caranya emosi dalam dirinya tetap stabil. Tak pernah sekalipun ia bertindak impulsif dan terbawa emosi. Tak pernah.

Kecuali saat ini.

Paru-parunya terasa penuh. Tenggorokannya tersekat sempurna. Sesak. Mencekik. Minghao ingin menumpahkan perasaan itu, tetapi ia tak tahu bagaimana caranya. Ia tak tahu apa yang membuatnya demikian. Ralat. Ia belum tahu.

Beruntung hari ini sudah tak ada lagi jadwal baginya, sehingga Minghao tak perlu repot-repot menghindar secara terang-terangan dari anggota lain. Tinggal berharap tak ada yang tiba-tiba masuk ke kamarnya, atau menel—

Drrrrt.

Lelaki Xu itu terkesiap kala mendapati getaran samar dari nakas memecah keheningan kamarnya. Gangguan kecil yang sukses memotong pola kerjanya; menyebabkan pensil yang digenggam menjadi patah seketika.

Awalnya, ia ingin bersikap tak acuh. Namun, cahaya terang tanpa putus membuatnya sedikit tergerak, merasa ada sesuatu yang penting di ujung sana. Benar saja. Saat Minghao sedikit bangkit dari posisinya, foto seorang wanita anggun seketika menyapa.

'Incoming video call: Mama'

Panik melanda. Cepat-cepat Minghao melemparkan sketchbook-nya ke atas kasur. Tubuhnya beranjak, meraih saklar lampu yang mengundang sergapan cahaya kemudian. Ia menyempatkan diri mencuri pandang ke permukaan cermin pada lemari pakaiannya—seketika mengundang desisan akibat air wajah yang tak bekerjasama dengan baik.

Usai merapikan tampilan dengan seadanya, Minghao kembali meraih ponsel yang sempat terabaikan. Sudut bibirnya tertarik kala sambungan tercipta. "Ma?" sapanya.

[⏸️] Fallin' Flower | Seventeen Oneshot(s)Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon